History

History
"History Make Me Happy"

Wednesday 23 July 2014

Teori-teori Pembelajaran



Teori-teori Pembelajaran 
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Dalam pembelajaran, terdapat empat teori pembelajaran. Di mana teori pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik dan sudut pandang yang berbeda dalam pelaksanaannya. Teori-teori pembelajaran tersebut diantaranya yaitu pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, pembelajaran menurut aliran humanistik, dan pembelajaran menurut aliran kontemporer.
B. Rumusan Masalah
            1.Apa konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik?
2. Apakah pembelajaran menurut aliran kognitif itu?
3. Apakah pembelajaran menurut aliran humanistik?
4. Apakah pembelajaran menurut aliran kontemporer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik
2. Untuk dapat menjelaskan pembelajaran menurut aliran kognitif
3. Untuk dapat menjelaskan pembelajaran menurut aliran humanistik
4. Untuk dapat menjelaskan pembelajaran menurut aliran kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu pembelajaran ini disebut juga pembelajaran perilaku.
Teori belajar menurut aliran ini adalah: (1) hasil belajar tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon; (2) agar hasil belajar optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa sehinga mudah direspon siswa; (3) siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan antara stimulus dan respon tersebut.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran adalah bahwa pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah pemerolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
Dalam teori pembelajaran perilaku mencakup beberapa aspek yaitu:
1.      Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar.
2.      Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
3.      Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi perlu hati-hati. Hukuman dapat dipikirkan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak melakukan kenakalan, namun pada pelaksanaannya pendidik tidak boleh sambil marah atau dendam.
4.      Kesegeraan konsekuensi. Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.
5.      Pembentukan. Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.
Penerapan prinsip pembelajaran menurut aliran behavioristik secara umum sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan instruksional
2.      Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi perilaku masukan peserta didik
3.      Menentukan materi pelajaran
4.      Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil
5.      Menyajikan materi pelajaran
6.      Memberikan stimulus seperti pertanyaan, latihan, tugas-tugas
7.      Mengamati dan mengkaji respon peserta didik
8.      Memberikan penguatan
9.      Memberikan stimulus baru
B.     Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif
1. Jean Piaget
Piaget mengemukakan 3 prinsip pembelajaran yaitu:
- Belajar aktif=> Menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.
- Belajar lewat interaksi sosial=> Menciptakan suasana yang memungkinkan adanya interaksi antar siswa.
- Belajar lewat pengalaman sendiri=> Didasarkan pada pengalaman nyata.
2. JA Brunner
Menurut Brunner dalam pengajaran di sekolah hendaknya mencakup:
- Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.
Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik agar memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
      - Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.
      - Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta didik dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah, dan menstranfer apa yang telah dipelajari.
     - Cara pemberian penguatan
Pujian atau hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar.
3. David Ausubel
Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Belajar bermakna timbul apabila:  -  Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
-    Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Ausubel mengajukan empat prinsip pembelajaran, yaitu:
-  Kerangka cantolan=> pendidik menggunakan bahan pengait untuk mengkaitkan konsep lama dengan konsep baru.
-  Diferensiasi progresif=> proses pembelajaran dimulai dari hal umum ke hal khusus.
-  Belajar superordinat=> proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi.
-  Penyesuaian integratif=> Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
C.Pembelajaran Menurut Aliran Humanistik
Pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Aliran ini mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia mampu mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai teori belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai. Peran pendidik dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar, yang tugasnya:
- Menciptakan iklim belajar.
- Memenui kebutuhan belajar peserta didik.
- Membantu mengungkapkan emosi peserta didik.
- Membantu belajar peserta didik.
Bentuk pembelajaran melalui pendekatan humanistik adalah bahwa peserta didik dituntut untuk selalu memotivasi diri. Untuk mencapai ke arah itu kegiatan belajar hendaknya mendorong peserta didik untuk belajar cara-cara belajar dan menilai belajarnya sendiri. Program pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan humanistik umumnya menggunakan kegiatan terbuka di mana peserta didik harus menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah dan membuat produk sendiri. Dalam pendidikan humanistik, peserta didik tidak memiliki tempat duduk yang tetap seperti halnya pendidikan konvensional. Peserta didik dapat belajar mandiri atau belajar dengan kelompok.
D.Pembelajaran Menurut Aliran Kontemporer
Pembelajaran teori kontemporer yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh. Dalam pembelajaran model ini pendidik dan peserta didik  sama-sama aktif. Strategi pembejaran tersebut dinamakan student centered learning strategies, yang wujudnya bisa berupa belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif & kolaboratif, generative learning dan problem based learning.
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori kontruktivisme yang terkenal samapi sekarang adalah pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu pembelajaran yang mengorkestrasikan (mengubah, menyelaraskan, memberdayakan) berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan cara menyingkirkan hambatan belajar melalui cara dan alat yang tepat sehingga kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi kemampuan aktual.








BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Teori Pembelajaran itu ada 4, yaitu:
1)      Pembelajaran Menurut Teori Behavioristik,
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
2)      Pembelajaran Menurut Teori Kognitif,
Pembelajaran teori kognitif menekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
3) Pembelajaran Menurut Teori Humanistik,
Pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Bentuk pembelajaran melalui pendekatan humanistik adalah bahwa peserta didik dituntut untuk selalu memotivasi diri.  
4) Pembelajaran Menurut  Teori Kontemporer.
           Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh.

B.Saran
Dengan mengetahui mengenai teori pembelajaran diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dapat memilih teori pembelajaran mana yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa dan faktor-faktor pendukung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.




DAFTAR PUSTAKA

*      Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
*      Rifa’I, Achmad. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

No comments:

Post a Comment