History

History
"History Make Me Happy"

Thursday 10 January 2013

Sejarah Renaissance


SEJARAH RENAISSANCE
A. Faktor-faktor Munculnya Renaissance
Abad Pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di bawah prakarsa raja Charlemagne pada abad 5 hingga munculnya monarkhi-monarkhi nasional, dimulainya penjelajahan samudra, kebangkitan humanisme, serta Reformasi Protestan dengan dimulainya renaisans pada tahun 1517Abad Pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di masa zaman klasik dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan.

Situasi Sosial Politik di Indonesia 1950-1959


                                  Situasi Sosial Politik di Indonesia 1950-1959
           Kurun waktu antara 1950-1959 ditandai dengan kebebasan dalam artikulasi politik. Sementara di sisi lain merupakan kisah tentang kegagalan rentetan pimpinan untuk memenuhi harapan-harapan tinggi yang ditimbulkan keberhasilan mencapai kemerdekaan. Dalam bidang politik, para politisi sipil membentuk banyak partai, tetapi jika dilihat dalam perkembangannya hanya beberapa partai politik yang dikatakan partai besar. Partai-partai tersebut antara lain Masyumi, PNI dan PKI. Partai-partai tersebut mengusung ideologi masing-masing seperti Masyumi yang mengusung ideologi Islam, PNI identik dengan ideologi yang nasionalis sementara PKI mengusung ideologi komunis.

Armed Struggle and Diplomacy in Indonesia Contemporary History


                         Armed struggle and diplomacy in Indonesia Contemporary History

           In the history of contemporary Indonesia, there are two forms of fighting strategies, namely diplomacy and armed struggle. Diplomatic struggle to walk in the direction of the armed struggle and could walk opposite. This can be seen when the period after Indonesia's independence or the revolution and the struggle for West Irian. Strategy of diplomacy and armed struggle when the revolution (war of independence), they both used to maintain the independence of the republic against the Dutch police action.
           In the context of the diplomatic struggle with the Netherlands, there are two groups that have different ideas about strategy struggle. The first group is represented by Sjahrir, who became prime minister when more emphasis and priority to diplomacy rather than armed movement. It is motivated Sjahrir view of the position of Indonesia is still very weak at that time that he was under the influence of the power of the capitalist United States and the UK, and therefore it is not wise for a young country that is still very fragile to antagonize them. Sjahrir even see that the fate of Indonesia is very dependent on the political wisdom to be taken by the imperialist powers.

Industrial Revolution

                                                        Industrial Revolution           
           European developments in economic terms can not be separated from one fragment of history known as the industrial revolution. The industrial revolution first appeared in England, which eventually spread throughout Europe. Revolution in England is essentially a change in the way the manufacture of goods which was originally done by hand (manpower) developed into the work machine. Thus, the goods can be produced in large quantities with a relatively short time.
          Industrial development in Europe can not be separated from changes in the map trade from the Mediterranean Sea to the Atlantic Ocean coast. Besides the emergence of Turkish Islamic empire, finding the way to India and China via the Cape of Good Hope, and the discovery of the way to the U.S., also influence the development of industrialization in Europe. There are several things that causes the development of this industry.

Perkembangan Historiografi Indonesia


PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI INDONESIA


A. Beberapa Kecenderungan Studi Sejarah di Indonesia

            Seiring perkembangan jaman, historiografi Indonesia juga mengalami perkembangan. Dalam penyusunan historiografi Indonesia generasi sejarawan dewasa ini dihadapkan dengan perubahan sosial baik yang evolusioner maupun yang revolusioner. Perubahan-perubahan yang bergerak dengan langkah yang semakin cepat membuka pandangan-pandangan baru bagi sejarawan. Pada satu pihak kesadaran akan historisitas benda-benda mengutarakan soal kapan, di mana serta apa yang terjadi. Di sini factor keunikan dari kejadian, tindakan serta personae sangat diperhatikan. Rekonstruksi sejarah sebagai cerita dengan menggunakan kejadian aksi manusia serta dramatis personae, kesemuanya terjalin dalam rangkaian yang menonjolkan sifat unik dari kejadian-kejadian. Bertolak dari hal ini maka muncul metode naratif untuk menggambarkan peristiwa yang telah terjadi.
            Di samping metode naratif maka muncullah metode developmentalisme, yang akan melihat pola-pola perkembangan, kelangsungan serta perubahan-perubahan. Tanpa mengurangi sejarah naratif, dan historiografi yang terarah kepada kejadian-kejadian yang bersifat unik, rekonstruksi dari sejarah Indonesia perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan.

Historiografi Kolonial


                   BEBERAPA SUMBER PORTUGIS UNTUK HISTORIOGRAFI INDONESIA
            Untuk meneliti sejarah Indonesia, terutama ketika bangsa-bangsa Eropa mulai berdatangan dan mengadakan kontak dengan penduduk Indonesia, dapat mempergunakan sumber-sumber Portugis dan sumber-sumber Spanyol. Sumber-sumber dari Portugis yang berhubungan dengan sejarah Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Catatan-catatan resmi mengenai awal masa terjadinya kontak langsung dengan bangsa Portugis (kira-kira tahun 1511-1650).
2.      Cerita-cerita lain dan laporan-laporan saksi mata.
3.      Karya-karya dari penyebar agama.
Berkaitan dengan sumber-sumber Portugis kategori pertama, nama Joao de Barros (kurang lebih 1496-1570) dapat diangkat ke permukaan. Ia dapat disebut sejarawan kolonial besar yang pertama dan seorang orientalis perintis. Joao de Barros merupakan pemangku jabatan Factor (feitor) yang berkedudukan di Casa da India atau Wisma India, suatu jabatan yang mirip dengan wakil kerajaan di tanah jajahan Portugis. Atas dasar kedudukannya ia dapat membaca seluruh surat-surat resmi dan hampir semua surat tidak resmi yang dikirim oleh para pembesar di Lisabon kepada para bawahan mereka di dunia Timur, dan bertemu dengan para pegawai tinggi, pedagang, serta petualang yang kembali ke tanah air mereka dengan selamat. Sebagai factor di Wisma India, Barros dalam waktu luangnya menyusun karya sejarahnya tentang Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Bangsa Portugis ketika Menemukan dan menaklukkan Lautan-lautan dan Negara-negara Timur, yang kemudian diterbitkan dengan judul himpunan Decadas da Asia.

Militarism Historical Overview of Java and Europe



Militarism Historical Overview of Java and Europe

             In history, the military and militarism play an important role in the dynamics of a historical event. It can be seen in Java and Europe. Both of these regions have a military and militarism, which also influence the course of history in the region. There are aspects that can be compared between Java and militarism in Europe, namely:1. Position of the military and property rights2. Armament3. Military tradition and methods of taming the military4. The Epic of the knights
           The military in Europe and traditional Javanese period, which adheres to the feudal system, can be classified into the class of nobility or gentry. On the basis of his position, the military nobility gained wealth. A systematic way of European nobility and Java to accumulate wealth is through taxation, tribute and other charges. Often nobles have excess wealth causing concern to the king. This condition can be found in Java and Europe, so often arise confiscation of wealth.

Prospek Kerja Bermodalkan Ilmu Sejarah


Prospek Kerja Bermodalkan Ilmu Sejarah

Di dalam dunia perguruan tinggi, setiap jurusan atau program studi menawarkan spesifikasi keilmuan sekaligus peluang kerja ke depannya. Salah satunya adalah jurusan sejarah. Jurusan ini memiliki orientasi pengajaran mengenai aktivitas dan peninggalan manusia pada masa lampau. Walaupun memiliki spesifikasi tersendiri, tetapi peminat pada jurusan sejarah lebih sedikit dibandingkan dengan jurusan-jurusan yang lain.
 Ada beberapa sebab yang membuat jurusan sejarah seakan “sepi” peminat. Penyebab yang pertama adalah karena perubahan cara pikir masyarakat yang sekarang lebih economic oriented. Mungkin bila sudah ada perbaikan ekonomi, masyarakat akan kembali rindu pada hal-hal yang berbau non ekonomi (tidak economi oriented). Masyarakat Barat lebih banyak yang berminat pada sejarah, karena mereka memiliki waktu lebih untuk memikirkan bidang lain di luar masalah ekonomi.

Makna Historis Rumah Adat kudus


Makna Historis Rumah Adat Kudus 
Kudus merupakan sebuah kota di propinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang terletak diantara daerah-daerah Jepara, Demak, Pati dan Purwodadi serta dijalur perjalanan dari Semarang ibukota Jawa Tengah menuju ke arah Surabaya. Menurut cerita, nama Kudus berasal dari kata Al-Quds, yang berarti kesucian. Riwayat kota Kudus tidak bisa terlepas dari nama Sunan Kudus sebagai pendirinya yang merupakan salah satu dari Wali Sanga penyebar agama Islam di tanah Jawa pada waktu itu. Sebagai peninggalannya, Kudus memiliki sebuah artefak yang terkenal yaitu Menara Kudus yang berbentuk seperti candi serta Masjid Menara Kudus yang dibangun oleh Sunan Kudus pada sekitar tahun 1685 M. Kecuali terkenal sebagai kota wali, karena di wilayah Kudus juga dikenal adanya Sunan Muria, Kudus juga terkenal sebagai kota kretek karena banyaknya pengusaha rokok kretek di daerah tersebut serta bisa juga disebut sebagai kota industri disebabkan oleh berkembang pesatnya industri di daerah tersebut seperti industri rokok, kertas, cetak-mencetak, kerajinan, bordir, makanan, dan lain-lain.

Revolusi Industri


REVOLUSI INDUSTRI 
          Perkembangan Eropa dalam hal ekonomi tidak terlepas dari satu fragmen sejarah yang dikenal dengan revolusi industri.. Revolusi industri ini pertama kali muncul di Inggris, yang akhirnya menyebar ke seluruh Eropa. Revolusi di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula di kerjakan dengan tangan (tenaga manusia) berkembang menjadi pekerjaan mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.
            Perkembangan industri di Eropa tidak terlepas dari perubahan peta perdagangan dari Laut Tengah ke pesisir Samudera Atlantik. Selain itu timbulnya kerajaan Turki Islam, ditemukannya jalan ke India dan Tiongkok melalui Tanjung Harapan, dan ditemukannya jalan ke Amerika, juga ikut mempengaruhi perkembangan industrialisasi di Eropa. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perkembangan industri ini. Salah satunya adalah munculnya kaum buruh. Latar belakang munculnya kaum buruh adalah banyaknya para penduduk desa, terutama petani, yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan adanya hal ini, maka telah dipenuhi salah satu syarat untuk memperluas industri. Tetapi di sisi lain, melimpahnya kaum buruh menyebabkan “harga” atau upah buruh menjadi murah. Syarat kedua yang menyebabkan perkembangan industri adalah aliran emas yang datang dari daerah jajahan. Adanya aliran emas yang besar digunakan untuk menutup keperluan perusahaan pertanian, di mana masih ada sisa keuntungan yang besar. Perkembangan industri juga didukung oleh perluasan lalu lintas dan pengangkutan, yang didanai oleh keuntungan-keuntungan yang didapat dari daerah-daerah jajahan.
            Revolusi industri di Inggris didukung oleh penemuan-penemuan mesin-mesin pendukung kegiatan industri. Pada awalnya alat-alat pendukung kegiatan industri ini kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan, pertama, tidak ada modal untuk menjalankan penemuan tersebut, dan kedua, belum ada kebutuhan mempergunakan penemuan-penemuan baru. Berbagai penemuan yang menjadi dasar dari revolusi industri dapat dicari dalam lapangan tekstil, pertambangan dan peleburan besi. Salah satu penemuan yang terpenting adalah mesin uap. Pada tahun 1733 John Kay menemukan kumparan terbang, yang akhirnya berkembang menjadi alat tenun yang dapat bekerja lebih cepat dan dapat mengatur lebar kain. Pada tahun 1764, Hargreaves berhasil membuat alat pemintal yang mampu memintal sekaligus berpuluh-puluh gulung benang dan dapat mengeluarkan benang yang lebih halus. Dengan demikian, harga kain menjadi lebih murah dan mutunya lebih baik. Kedua alat ini masih digerakkan dengan tenaga manusia.
            Ketika alat pintal telah mengalami perkembangan, alat tenun masih tertinggal di belakangnya. Hal ini dijawab oleh Cartwright yang menemukan mesin tenun pada tahun 1785. Penemuan yang sangat berpengaruh ialah penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1782. Sebelum James Watt sudah ada orang lain yang merintis mesin uap, tetapi tidak dipatenkan. Dengan ditemukannya mesin uap, industri mulai digerakkan dengan tenaga mesin menggantikan tenaga manusia. Penggunaan mesin uap memungkinkan pula berkembangnya transportasi. Kapal api pertama yang benar-benar dapat dipergunakan adalah sebuah kapal kincir yang bernama Clermont, yang dipergunakan Robert Fulton di sungai Hudson untuk mengadakan demonstrasi.
            Angkutan darat pun mengalami perkembangan. Pada tahun 1829, George Stephenson dapat membuat lokomotif pertama. Setahun kemudian Stephenson mengendarai kereta besi pertama antara Liverpool dan Manchester dengan kecepatan 19-46 km/jam. Dengan adanya penemuan ini, beberapa kota di Inggris telah dapat dihubungkan dengan kereta api.
            Dengan adanya penemuan-penemuan ini, aspek kehidupan sehari-hari berubah secara mendalam, karena segala sesuatunya dapat dikerjakan dengan cepat. Di samping itu hubungan internasional berlangsung secara intensif sehingga meningkatkan volume perdagangan antarnegara. Adanya berbagai penemuan ini juga menyebabkan terjadinya produksi  beragam benda-benda keperluan sehari-hari maupun barang-barang mewah secara besar-besaran, yang dahulu hanya dimiliki oleh sebagian kecil golongan di dalam masyarakat. Dalam lapangan sosial terjadi pula pergeseran besar. Penganut politik ekonomi liberal menolak segala campur tangan negara dalam perusahaan, sebab dianggap sebagai paksaan “gilda”. Akibatnya para pengusaha atau pemilik pabrik membiarkan orang laki-laki, perempuan, dan anak-anak bekerja membanting tulang dalam perusahaan yang penuh dengan bahaya dan upah yang sedikit, sehingga tidak dapat hidup layak.
            Revolusi industri juga memiliki dampak keluar. Sesuai dengan prinsip ekonomi liberal, para pemilik pabrik berlomba-lomba memperoleh untung. Keinginan mengumpulkan untung sebesar-besarnya untuk dijadikan modal melahirkan “kapitalisme modern”. Dalam kapitalisme modern, pemilik modal sekaligus sebagai produsen, pedagang, dan distributor. Sebagai produsen, dia memerlukan bahan mentah, sedangan sebagai pedagang, dia memerlukan pasar untuk menjual barang dagangannya. Atas dasar hal inilah, maka timbul imperialisme dan kolonialisme, yang mencari daerah jajahan seluas mungkin yang digunakan untuk mengambil bahan mentah dan sekaligus sebagai pasar.
            Akibat lain dari revolusi industri adalah munculnya kota-kota pusat industri. Pusat-pusat industri ini menarik minat pendatang dari luar kota sehingga timbul urbanisasi. Umumnya, mereka adalah petani yang kehilangan mata pencahariannya sebagai petani. Di kota-kota industri ini, mereka menjual tenaga dengan upah yang rendah. Akibat dari hal ini pemukiman dan kesehatan mereka kurang terjamin sehingga menimbulkan masalah sosial berupa gerakan-gerakan buruh.

Republik Maluku Selatan (RMS)


                                           Republik Maluku Selatan (RMS)
Salah satu peristiwa pergolakan di daerah adalah RMS. Latar belakang penyebab munculnya RMS adalah ketidakpuasan tokoh pendiri RMS- dalam hal ini adalah Mr. Dr. Ch. R. Soumokil, dengan proses kembali ke negara kesatuan setelah KMB. Gerakan ini menggunakan unsur KNIL yang merasa tidak pasti terhadap kejelasan status mereka setelah KMB. KMB, menciptakan Republik Indonesia Serikat dengan RI dan “negara-negara” ciptaan Van Mook sebagai negara-negara bagian. Sebelum kerajaan Belanda secara resmi mengakuinya, di Jakarta telah diadakan pemilihan presiden dan pembentukan kabinet RIS.
Walaupun RIS telah terbentuk tetapi belum mepunyai tentara sendiri sehingga TNI (tentara RI) tetap menjadi inti tentara RIS dengan nama APRIS. Selain itu, ditentukan pula, bahwa dalam waktu enam bulan setelah pengakuan kedaulatan itu, tentara Belanda harus ditarik dari Indonesia dan KNIL dibubarkan atau disalurkan ke TNI. Ternyata hal terakhir ini baru dapat diselesaikan pada akhir tahun 1950, itu pun karena desakan-desakan dari RI.

Revolusi Sosial di Sumatra Utara


                                               Revolusi Sosial di Sumatra Utara
Sebelum meletus Revolusi Sosial, di Sumatra Utara terdapat realitas yang kompleks dalam bidang sosial, politik maupun militer. Secara menyeluruh dan umum, dari pendudukan Jepang di daerah ini lahir sebuah kekuatan baru, yaitu pemuda. Para pemuda ini bersedia berjuang, berdisiplin, secara pokok mempunyai pengetahuan kemiliteran dan organisasi dalam batas-batas tertentu memiliki kesadaran nasional yang tinggi. Pada saat proklamasi kemerdekaan semakin mendapat sambutan, terutama oleh para pemuda, para sultan beserta para bangsawannya justru bersikap lain. Para sultan lebih mengharapkan kembalinya kekuasaan Belanda karena dengan hal ini dapat menjamin status quo mereka.
Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang terjadinya revolusi sosial di Sumatra Utara.
            Pada kurun waktu tersebut realitas sosial dan politik di Sumatra Utara diwarnai dengan semaikin meningkatnya pengaruh dan kekuatan golongan kiri atau kaum komunis. Orang-orang komunis ini mulai menginfiltrasi kesatuan bersenjata dan birokrasi pemerintahan di Sumatra Utara. Dengan maksud menyusun kepemimpinan pemuda dan mengkoordinasi aksi-aksi revolusioner di wilayah Sumatra Utara, maka kaum komunis Sumatra Utara mendirikan Markas Agung. Para tokoh utama komunis, yang turut berperan dalam revolusi sosial di Sumatra utara antara lain Xarim M.S. (orang komunis sejak 1920 dan eks-Digulis, kemudian menjadi ketua Partai Komunis Indonesia Sumatera); Nathar Zainuddin (anggota biro khusus PKI, Arsitek semua gerakan dari markas agung); Mr. Luat Siregar (Wakil ketua PKI Sumatera); Yunus Nasution (Ketua PKI Sumatera Utara, penggerak “Revolusi sosial” dan menjadi residen Sumatra Utara). Realitas lain yang dapat dilihat pada waktu itu adalah meningkatnya pembentukan laskar-laskar rakyat oleh para pemuda. Jika dilihat secara keseluruhan pada hari-hari pertama revolusi di Sumatra Utara dan hubungan antara pemerintah dan laskar-laskar bersenjata, maka situasi didominasi oleh peranan laskar-laskar. Laskar-laskar rakyat yang terkuat adalah Barisan Harimau Liar yang berafiliasi dengan PNI Sumatra Utara serta barisan Pesindo yang berafiliasi dengan PKI.
            Secara garis besar, Revolusi Sosial yang terjadi di Sumatra Utara dilatarbelakangi oleh faktor-faktor seperti :
1.  Sikap dingin terhadap kehadiran Republik pada diri Sultan dan bangsawan lokal pada umumnya, tidak dapat diterima oleh gerakan-gerakan pemuda. Hal ini menjadikan para pemuda ingin menggulingkan kekuasaan elite lokal karena menganggap mereka sebagai “kaki tangan NICA” serta anti republic. Hal ini diperkuat perasaan dendam masa lalu bahwa kaum elite lokal sering menjadi antek-antek kekuasaan kolonial dan turut  menyengsarakan rakyat.
2. Adanya motif untuk merebut kekuasaan dari yang dilakukan oleh golongan kiri. Kaum komunis menyebarkan propaganda bahwa semua yang berbau “kerajaan” dan “kapitalis asing” harus disingkirkan. Mereka juga berkeinginan untuk mengambil alih semua perkebunan dan harta kaum feodal serta kapitalis asing.
            Dengan berlatar belakang tersebut, maka tanggal 3 Maret 1946, tengah malam, meletuslah “Revolusi Sosial” secara serentak di seluruh Sumatera Utara. Dipelopori oleh Pesindo /PKI, istana-istana diserbu dan dirampok, beberapa orang raja dan kaum bangsawan serta kaum intelektual ditangkap dan dibunuh. Dalam kesempatan ini, dendam pribadi turut berbicara. Lawan atau seteru bisa dianggap “kaki tangan NICA” dan dibunuh.  Konstelasi revolusi sosial ini menjadi rumit karena terdapat gerombolan perampok dan bandit turut serta dalam gerakan ini hanya untuk menjarah dan mendapakan harta kerajaan. Revolusi sosial ini menimbulkan ekses pembunuhan massal, perampokan istana dan rumah para bangsawan, dan pemerkosaan wanita. Tetapi terdapat ironi dari peristiwa ini. Beberapa dari algojo pembunuhan massal komunis dalam drama revolusi sosial seperti Mandor Yang Wijaya (pembunuh pujangga Amir Hamzah), Yunus Nasution, Saragih Ras, pimpinan Barisan Harimau Liar yang kemudian ditangkap dan divonis pengadilan, pada masa kabinet Mr. Amir Sjarifuddin I  mereka mendapatkan keringanan seperti dibebaskan dari penjara atau perkara mereka di deponir.

Sunday 6 January 2013

Contoh metode pembelajaran IPS dengan model integrasi masalah berdasarkan topik


        Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain.Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Geografi dan sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Selanjutnya ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya “Kegiatan ekonomi penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisik yang tercakup dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.






Gambar Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema

Tema utama: Kegiatan Ekonomi Penduduk

Rounded Rectangle: SEGI HISTORIS
1. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat,
kebudayaan dan pemerintahan pada masa
Hindu-Buddha, serta peninggalanpeninggalannya
2. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya
3.  Mendeskripsikan perkembangan
masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Kolonial Eropa

Rounded Rectangle: SEGI EKONOMI
1. Mendeskripsikan peran badan usaha,
termasuk koperasi, sebagai tempat
berlangsungnya proses produksi dalam
kaitannya dengan pelaku ekonomi
2. Mengungkapkan gagasan kreatif dalam
tindakan ekonomi untuk mencapai
kemandirian dan kesejahteraan

SEJARA




Sejarah
,Sejarah
,Sejarah
,Sejarah
 




























Posisi dan Fungsi Sejarah dalam Dunia Ilmu



Ø  Posisi Sejarah Dalam Dunia Ilmu
1.      Ilmu Nomotetis/Eksakta
Sejarah mempunyai cara sendiri dalam pekerjaannya. Orang sering membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan dengan ilmu-ilmu manusia. Ilmu-ilmu alam bertujuan menemukan hukum-hukum umum, atau bersifat nomotetis. Istilah nomotetis berasal dari bahasa Yunani Nomo dan Tithenai. Nomo berarti hukum, dan tithenai berarti mendirikan.
Dalam ilmu alam, hukum-hukum berlaku secara tetap, tidak pandang orang, tempat, waktu, dan suasana. Kalau ada hukum bahwa benda akan memuai, maka semua benda akan memuai tanpa peduli siapa, di mana, kapan, dan dalam keadaan apapun.
            Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen itulah yang diteliti untuk menentukan fakta. Fakta-fakta itulah yang diinterpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah.
            Jadi, meskipun ada perbedaan mendasar dengan ilmu alam, sejarah juga memiliki persamaan, yaitu sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan penyerapan. Akan tetapi, dalam ilmu-ilmu alam percobaan itu dapat diulang-ulang. Sementara itu sejarah tidak bisa mengulangi percobaan. Contohnya, revolusi Indonesia tidak dapat diulang kembali, sekali terkadi, sudah itu lenyap ditelan masa lampau. Sejarah hanya meninggalkan sumber/dokumen. Beda lain ialah kalau fakta sejarah itu adalah fakta manusia, sedangkan dalam ilmu-ilmu alam adalah fakta alam.
            Perbedaan-perbedaan itu tentu saja membawa konsekuensi tersendiri bagi sejarah. Sejarah sering disebut tidak ilmiah karena bukan termasuk ilmu-ilmu alam. Perbedaan antara sejarah dan ilmu-ilmu nomotetis tidak terletak pada cara kerja, tetapi pada objek. Ilmu-ilmu alam yang mengamati benda-benda tentu saja berbeda dengan sejarah yang mengamati manusia. Beda antara ilmu-ilmu alam dan sejarah seperti perbedaan antara benda dan manusia. Benda-benda itu mati, sedangkan manusia itu hidup. Benda mati tidak berpikir, sedangkan manusia itu berpikir dan berkesadaran. Dapat dimengerti kalau ilmu-ilmu alam menghasilkan hukum alam yang berlaku umum dan pasti, sedangkan sejarah menghasilkan generalisasi yang tidak sepasti ilmu-ilmu alam. Kesimpulannya, sejarah bukan termasuk ilmu nomotetis (ilmu-ilmu alam).
2.      Ilmu Ideografis/Humaniora
Sejarah sering dimasukkan dalam ilmu-ilmu manusia atau human studies, yang dalam perjalanan waktu dipecah ke dalam ilmu-ilmu sosial (social sciences) dan ilmu kemanusiaan (humanities). Sejarah itu bercerita tentang manusia. Akan tetapi, juga bukan cerita tentang manusia masa lalu secara keseluruhan. Objek utama sejarah adalah manusia. Akan tetapi,sama-sama membicarakan tentang manusia, kajian sejarah berbeda dengan misalnya antropologi. Sejarah identik dengan peradaban manusia. Lebih dari segalanya, yang juga menjadi objek dari sejarah ialah waktu. Jadi, sejarah mempunyai objek sendiri yang tidak dimiliki ilmu lain secara khusus. Waktu dalam pandangan sejarah manusia tak pernah lepas dari manusia.
            Oleh karena itu sejarah berusaha menuliskan hal-hal yang  khas  atau bersifat idiografis. Istilah idiografis berasal dari bahasa Yunani idio dan graphein. Idio berarti ciri-ciri seseorang dan graphein berarti menulis. Sering juga disebut ideografis (bahasa Yunani idea berarti pikiran dan graphein, sebab sejarah ialah ilmu yang menuliskan pikiran pelaku). Kesimpulannya, sejarah bisa masuk ilmu humaniora karena objeknya adalah manusia. Sejarah membicarakan manusia/masyarakat dengan selalu memperhatikan signifikansi ruang dan waktu.
3.      Ilmu Sosial/Tingkah laku
Sejarah dan ilmu-ilmu sosial mempunyai hubungan timbal balik. Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial, dan sebaliknya. Belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari belajar ilmu-ilmu sosial, meskipun sejarah punya cara sendiri menghadapi objeknya. Topik-topik baru terpikirkan, berkat ilmu-ilmu sosial. Meskipun demikian, sejarah dan ilmu-ilmu sosial berbeda tujuannya. Tujuan sejarah ialah mempelajari hal-hal yang unik, tunggal, ideografis dan sekali terjadi. Sedangkan ilmu-ilmu sosial tertarik kepada yang umum, ajek, dan merupakan pola. Pendekatan sejarah juga berbeda dengan ilmu-ilmu sosial. Sejarah itu diakronis, memanjang dalam waktu. Sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis, melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sementara ilmu-ilmu sosial menekankan struktur.
            Sejarah pada mulanya sangatlah naratif, yang hanya tersusun berdasarkan urutan fakta dengan penjelasan dan ulasan sekedarnya atas kenyataan-kenyataan atau peristiwa-peristiwa yang telah berlalu (aspek what, who, when, dan where). Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu menunjukkan posisinya yang sejajar dengan disiplin-disiplin lain bagi kehidupan manusia masa kini dan mendatang. Kecenderungan ini akan semakin nyata apabila sejarah bukan hanya sebatas kisah biasa, melainkan di dalamnya terkandung eksplanasi kritis dan kedalaman pengetahuan tentang “bagaimana (how)” dan “mengapa (why)” peristiwa-peristiwa masa lampau terjadi. Terdorong oleh kecenderungan metodologis ini, maka dalam prakteknya sejarah harus menggunakan pendekatan dan konsep-konsep serta teori-teori ilmu sosial yang lebih strategis dalam merekonstruksi masa lampau. Penggabungan ini dapat menggambarkan kejadian sebagai proses sekaligus mengungkapkan aspek struktural atas kejadian-kejadian.
           
Ø  Fungsi Sejarah
1.      Fungsi Genealogis
Menurut T. Ibrahim Alfian, sejarah memiliki beberapa kegunaan. Salah satunya untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup. Di dalam karya-karya sejarah tradisional seperti babad, dan hikayat yang berisi mitos, legenda dan cerita pahlawan juga terdapat genealogi. Genealogi memuat silsilah seseorang atau suatu kelompok mansayarakat tertentu.
Dengan genealogi dapat diketahui nenek moyang seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Seseorang atau kelompok akan merasa bangga apabila dirinya merupakan keturunan dari orang yang memiliki pengaruh, nama besar, jasa dalam sejarah. Orang Bugis sangat bangga dengan Arung Palaka yang pemberani. Dari hal ini muncul siri pesse atau semangat untuk mempertahankan harga diri pada masyarakat Bugis.
 Dalam Babad Tanah Jawi, Raja-raja Mataram dalam genealoginya sampai kepada para nabi di satu pihak dan legenda pewayangan di pihak lain. Di dalamnya, digambarkan bahwa silsilah raja-raja Jawa sampai kepada para nabi seperti Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan seterusnya, melalui tokoh timur tengah Iskandar Zulkarnain, tokoh-tokoh wayang purwa, raja-raja mistis di Jawa dan akhirnya bersambung sampai raja-raja Mataram. Genealogi ini juga dapat memperkuat legitimasi suatu kekuasaan.
2.      Fungsi Didaktis
Sejarah dapat digunakan sebagai pendidikan politik. Hal ini dapat diihat dalam lika-liku sejarah Indonesia. Setiap pemerintah selalu melakukan pendidikan sejarah dan kewarganegaraan untuk warganya. Pada zaman Jepang dengan maksud untuk memobilisasikan penduduk, bahkan para penghulu yang sehari-harinya hanya mengurus soal nikah, talak, dan rujuk diharuskan untuk mengikuti latihan. Baru pertama kali itulah para penghulu , yang kebanyakan terdiri dari para  kiai, mendapat pendidikan politik secara resmi.
Pada zaman Orde Lama (Orla) ada indoktrinasi. Indoktrinasi itu dilakukan pada organisasi dan melalui sekolah-sekolah. Tujuan dari pendidikan politik ialah dukungan atas politik kekuasaan dengan mendorong perbuatan-perbuatan revolusioner dan menyingkirkan kaum kontra revolusi. Pada zaman Orde Baru (Orba) kita mengenal penataran-penataran, tetapi dengan tujuan lain, yaitu untuk pembangunan. Tentu saja tujuan, intensitas, dan materi berbeda-beda, tetapi itu semua dapat dimasukkan dalam pendidikan politik. Pendidikan semacam itu dipakai untuk mengenalkan ideologi negara serta hak dan kewajiban warga negara.
3.      Fungsi Kajian Ilmu
Peristiwa sejarah itu mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Karena itu, lapangan sejarah meliputi segala pengalaman manusia yang mengungkapkan fakta mengenai apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi. Faktor manusia dalam perspektif sejarah sangatlah esensial, karena berdasarkan kesadarannya manusia memiliki nilai historisitas, yaitu selalu berkembang dalam rangka merealisasikan dirinya secara konkret.
Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa manusia sebagai kenyataan diri bersifat simbolis dan mengandung makna. Peristiwa sejarah bukan hanya kejadian fisik, melainkan peristiwa bermakna yang terpantul sepanjang waktu sehingga dapat terungkap segi-segi pertumbuhan, kejayaan, dan keruntuhannya. Hal ini menjadi kajian sejarah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah sebuah ilmu yang berusaha menemukan, mengungkapkan serta memahami nilai dan makna budaya yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa masa lampau.
            Tidak semua peristiwa masuk dalam kajian sejarah. Hal ini disebabkan sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial. Sejarah sebagai ilmu berusaha menentukan pengetahuan tentang masa lampau suatu masyarakat tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo.1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
Musyarof, Ibtihadj. 2006. Islam Jawa. Yogyakarta: Tugu.