History

History
"History Make Me Happy"

Thursday 10 January 2013

Perkembangan Historiografi Indonesia


PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI INDONESIA


A. Beberapa Kecenderungan Studi Sejarah di Indonesia

            Seiring perkembangan jaman, historiografi Indonesia juga mengalami perkembangan. Dalam penyusunan historiografi Indonesia generasi sejarawan dewasa ini dihadapkan dengan perubahan sosial baik yang evolusioner maupun yang revolusioner. Perubahan-perubahan yang bergerak dengan langkah yang semakin cepat membuka pandangan-pandangan baru bagi sejarawan. Pada satu pihak kesadaran akan historisitas benda-benda mengutarakan soal kapan, di mana serta apa yang terjadi. Di sini factor keunikan dari kejadian, tindakan serta personae sangat diperhatikan. Rekonstruksi sejarah sebagai cerita dengan menggunakan kejadian aksi manusia serta dramatis personae, kesemuanya terjalin dalam rangkaian yang menonjolkan sifat unik dari kejadian-kejadian. Bertolak dari hal ini maka muncul metode naratif untuk menggambarkan peristiwa yang telah terjadi.
            Di samping metode naratif maka muncullah metode developmentalisme, yang akan melihat pola-pola perkembangan, kelangsungan serta perubahan-perubahan. Tanpa mengurangi sejarah naratif, dan historiografi yang terarah kepada kejadian-kejadian yang bersifat unik, rekonstruksi dari sejarah Indonesia perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan.
            Pada garis besarnya, hasil penulisan sejarah dapat dibedakan ke dalam dua kategori besar, yaitu sejarah naratif dan sejarah non-naratif. Sejarah naratif ingin membuat deskripsi tentang masa lampau dengan merekonstruksikan “apa yang terjadi” serta diuraikan sebagai cerita, atau dengan kata lain “kejadian-kejadian” penting diseleksi dan diatur menurut kronologi atau poros waktu sedemikian rupa sehingga tersusun sebagai cerita (story). Sejarah non-naratif tidak menyusun cerita tetapi berpusat pada masalah atau dengan kata lain problem oriented. Jenis ilmu sejarah gaya neoscientific ini condong untuk lebih banyak meneliti tentang soal-soal sosial dan ekonomi daripada soal politik, sehingga mempunyai implikasi bahwa ada equalization dari individu-individu, maka mendorong ke arah demokratisasi dalam arti bahwa peranan orang kecil atau orang kebanyakan yang belum mendapat tempat dari peranannya dalam sejarah. 
            Untuk mengungkapkan sejarah dari dalam dengan peranan kaum pribumi sebagai dramatis personae diperlukan penyusunan sejarah mikro serta metodologi social-scientific agar terungkap pelbagai dimensi serta aspek dari kehidupan kaum pribumi itu. Salah satu kelompok pribumi yang memiliki peranan cukup penting dalam sejarah adalah kaum petani. Pelbagai disiplin antropologi, sosiologi, ilmu politik, dan sejarah banyak mencurahkan perhatian kepada masyarakat pedesaan dan peranan petani. Dari petani ini, dapat dikaji mengenai elemen yang terdapat di dalamnya seperti struktur sosial, perubahan sosial, dan yang lain.
            Studi sistematis tentang struktur sosial, perubahan sosial, yang mencakup analisa tentang perubahan organisasi, lembaga, nilai-nilai, akan sangat menolong memberi keterangan tentang proses pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, serta modernisasi pada umumnya. Pendekatan social-scientific ini akan mengungkapkan dimensi-dimensi baru, karena diilhami oleh masalah-masalah konsepsional baru, kesadaran akan hubungan-hubungan baru, teknik baru yang dapat diterapkan pada data sejarah, imajinasi baru dalam membuat pendekatan terhadap hubungan sosial dan sikap mental.


B. Garis-garis Pokok dan Pola Perkembangan Historiografi Indonesia

Setiap generasi menulis sejarahnya sendiri. Bertolak dari kalimat ini maka perlu meninjau sejarah dari sejarah, artinya jalan serta arah atau kecenderungan pemikiran dan penulisan tentang masa lampau, sehingga akan tampak pola perkembangan dari sejarah. Pada masa lampau sejarawan mempunyai fungsi untuk menafsirkan serta meneruskan tradisi bangsanya, serta bagaimana garis perkembangan kebudayaan dan mayarakatnya. Hal yang esensial dalam pemikiran tentang sejarah ialah bagaimana pandangannya terhadap perkembangan umat manusia pada umumnya serta peranan bangsanya di dalamnya. Dalam membuat diagnosis ini sejarawan dapat melakukan penafsiran yang menyesatkan bangsa dan negaranya. Yang sangat membahayakan ialah apabila historiografi mengalami aberasi atau penyimpangan nasional yang menimbulkan pandangan chauvinistik.
            Perkembangan historiografi Indonesia tidak terlepas dari pertumbuhan historiografi dan ilmu sejarah pada umumnya. Persoalan yang langsung menyangkut historiografi Indonesia, antara lain diferensiasi dalam bidang-bidang sejarah, seperti sejarah gerakan sosial, hubungan internasional, struktur sosial, jadi hubungan yang semakin erat antara sejarah dengan ilmu pengetahuan sosial, sedangkan metodologi mengambil peranan yang semakin penting.
            Sejarah dari historiografi akan dapat menyoroti isi filosofis-teoretis dari penelitian dan penulisan sejarah, membuka metode penggarapan bahan histori dan presentasi, ide-ide yang mengikat fakta-fakta sebagai kesatuan yang bermakna, cara menilai dan menginterpretasikan, dan yang sangat penting ialah pandangan hidup (Weltanschauung) dari sejarawan. Historiografi berbeda-beda menurut negerinya, masanya, dan kepribadian dari sejarawan. Mempelajari sejarah dari historiografi itu tidak mengutamakan segi-segi substanstif-faktual dari proses sejarah, tetapi lebih memusatkan perhatian terhadap pikiran-pikiran historis dalam konteks kultural sehingga mempertinggi kemampuan membuat pandangan (self-reviewing) dan perbaikan (self correcting) serta penilaian artinya.
Pada perkembangannya, secara garis besar historiografi Indonesia terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
  1. historiografi tradisional
  2. historiografi kolonial
  3. historiografi modern
1. Historiografi tradisional
            Sebagian besar historiografi tradisional memuat tindakan-tindakan tidak dari manusia, tetapi dari dewa-dewa, jadi merupakan teogoni dan kosmogoni yang menerangkan kekuatan alam dan mempersonifikasikan sebagai dewa. Historiografi tradisional dikuasai oleh pandangan yang etnosentris. Semua peristiwa berkisar sekitar kerajaan dengan raja sebagai pusatnya. Historiografi tradisional mempunyai fungsi sosial psikologis untuk memberi masyarakat suatu kohesi antara lain dengan memperkuat kedudukan dinasti yang menjadi pusat kekuatannya. Kedudukan sentral raja menimbulkan pandangan rajasentrisme sedang lingkup spasialnya menimbulkan regiosentrisme. Salah satu contoh historiografi tradisional adalah Negarakertagama. Dari Negarakertagama dapat diketahui struktur ekonomi, sosial, dan politik masyarakat di kerajaan Majapahit, stratifikasi sosial, beserta hierarki birokrasinya.
2. Historiografi kolonial
            Perkembangan historiografi Indonesia tidak terlepas dari literatur historiografis yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial. Pada dasarnya pandangan historiografi kolonial menekankan ciri yang menonjol, yaitu Nederlandosentrisme khususnya dan Eropasentrisme pada umumnya. Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peranan bangsa Belanda dan memberi tekanan pada aspek politis, ekonomi, dan institusional. Interpretasi dari jaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk pertahanan masyarakat serta kebudayaannya.
3. Historiografi modern
            Suatu periode baru dalam perkembangan historiografi Indonesia dimulai dengan timbulnya studi sejarah kritis. Dalam penulisan tentang sejarah kritis dipergunakan prinsip-prinsip metode sejarah. Studi sejarah kritis juga memerlukan bantuan dari ilmu lain untuk mempertajam analisanya. Hal ini merupakan implikasi dari mulai sedikitnya peran analisa tekstual dengan  bantuan filologi terhadap studi sejarah Indonesia modern. Di sini yang harus diperbaiki adalah alat-alat analitis serta metodologis. Bertolak dari hal ini, maka beberapa disiplin dari ilmu-ilmu sosial mulai dicantumkan dalam studi sejarah.
            Konsep sejarah nasional sebagai unit makro merupakan kerangka referensi bagi sejarah lokal/regional yang dapat dipandang sebagai unit mikro. Sejarah nasional sebagai macro-history mencakup interaksi antar micro-unit, antara lain melalui pelayaran, perdagangan, perang, penyiaran agama atau menuntut pelajaran, hubungan antara lembaga-lembaga nasional, seperti partai-partai politik. Sejarah nasional bukan jumlah dari sejarah lokal, tetapi proses-proses atau kejadian-kejadian pada tingkat sejarah lokal diterangkan dalam hubungannya dengan proses nasional.

1 comment:

  1. Berguna sangat membantu ketika mengerjakan tugas thanks👍👍

    ReplyDelete