History

History
"History Make Me Happy"

Friday 19 August 2016

CORAK PERGOLAKAN SOSIAL DALAM SEJARAH INDONESIA
Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Indonesia terus-menerus timbul pergolakan, kerusuhan, kegaduhan, aksi protes, dan sebagainya, yang semuanya itu cukup menggoncangkan masyarakat dan pemerintah pada waktu itu. Gerakan-gerakan rakyat itu pada umumnya dianggap sebagai gerakan yang bersifat arkais, baik dari segi organisasinya, programnya, strategi dan taktiknya, sehingga pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan mereka mudah sekali ditindas oleh kekuatan militer kolonial.
    Pada umumnya gerakan-gerakan semacam itu umurnya sangat pendek dan merupakan pergolakan lokal atau regional yang tidak ada koordinasi satu sama lain. Selain sifatnya yang tradisional arkais, gerakan sosial juga memiliki orientasi tujuan yang masih kabur serta pengikut atau pelaku-pelakunya tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang bagaimana tata masyarakat dan tata pemerintahan yang akan direalisasikan andaikata perjuangan itu dapat mencapai kemenangan.
     Secara luas gerakan-gerakan sosial selama periode abad ke-19 dan 20 pada hakekatnya dapat digolongkan menjadi empat golongan (Poesponegoro dan Notosutanto, 1992), sesuai dengan landasan-landasan pokok yang mendorong timbulnya gerakan tersebut. Pertama, adalah jenis gerakan melawan keadaan atau peraturan yang tidak adil. Golongan yang kedua, adalah jenis gerakan ratu adil, yaitu suatu gerakan yang bersifat mesianistis yang memuat harapan akan kedatangan ratu adil, atau Imam Mahdi sebagai juru selamat rakyat. Kategori ketiga adalah gerakan Samin, dan kategori keempat adalah adalah jenis gerakan-gerakan sekte keagamaan. Sartono Kartodirdjo membagi tipe-tipe gerakan sosial menjadi empat tipe gerakan (Kartodirdjo, 1993), yaitu
1.      Gerakan melawan pungutan tinggi, seperti yang terjadi di Cikandi Udik (1854), Ciomas(1886), Condet(1916).
2.      Gerakan milenaristis yang bertujuan mengembalikan zaman sebelum terjadi banyak perubahan, seperti banyak gerakan yang ingin menegakkan kembali kesultanan Banten.
3.      Gerakan Mesianistis, yaitu gerakan yang dipimpin oleh seseorang yang memposisikan dirinya sebagai ratu adil atau imam Mahdi, seperti gerakan Ahmad Ngisa (1859) dan Gerakan Srikaton (1888).
4.      Gerakan revivalistis dan sektaris yang bertujuan memperbaiki kehidupan beragama, seperti gerakan Haji Rifangi (1859-1860). (M. Mujibur Rohman)


No comments:

Post a Comment