FOLKLOR INDONESIA DAN JEPANG: SEBUAH PERBANDINGAN
(Bag.4)
D. Perbandingan dari Folklor Jepang dan Indonesia
Dengan mempelajari folklor kedua negara
ini, maka akan menemukan banyak persamaan disamping perbedaan. Misalnya
mengenai keyakinan rakyat (folk beliefs), secara mendasar ada persamaan
di antara keyakinan rakyat Jepang dengan keyakinan orang Jawa di kalangan
Abangan dan orang Bali, terutama pada kepercayaan mengenai alam gaib dan konsep
rakyat jelata mengenai keadaan “tercemar” (polluted state) dari kaum wanita
selama menstruasi serta pada waktu melahirkan anak, karena mengeluarkan darah,
yang di pulau Bali disebut keadaan sebel.
Suatu hal yang sangat menarik untuk
dikemukakan yaitu banyaknya bentuk fololor yang sama antara Jepang dan Indonesia,
seperti cerita prosa rakyat dan kepercayaan rakyat. Persamaan ini antara lain
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang mereka peroleh dari folklor bangsa lain
(Cina, India, serta Ero-Amerika), dan yang lebih penting lagi, kebudayaan kedua
negara ini sama-sama berlandaskan pada apa yang disebut kebudayaan Megalitikum
Asia.
Dalam cerita prosa rakyat, terutama
dongeng, dapat pula ditunjukkan adanya banyak persamaan dalam tipe-tipe cerita
(tale types) maupun motif-motif cerita (motifs), sehingga menarik untuk
diadakan penelitian perbandingan. Di Jepang ada sebuah dongeng berjudul Amarufi
Otome, yang berarti “seorang wanita yang turun dari langit”. Dongeng ini
mengandung tipe cerita (tale type) Swan Maiden yakni bidadari
yang terpaksa harus menjadi manusia, karena pakaian terbang bidadarinya dicuri,
kemudian disembunyikan seorang laki-laki sewaktu ia mandi di danau. Ia kemudian
menjadi istri laki-laki itu, dan baru dapat kembali ke kayangan setelah
menemukan kembali pakaian terbangnya”.
Di Indonesia cerita rakyat dengan tipe ini
juga sangat luas persebarannya, terutama di daerah-daerah yang pernah mendapat
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha dan Han (Cina), seperti Jawa Barat (Banten),
Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta pulau Bali. Versi dongeng dari Indonesia yang
mirip sekali dengan tipe cerita Swan Maiden dari Jepang yaitu yang
terdapat di Tuban Jawa Timur. Versi yang berasal dari daerah ini, malah dapat
digolongkan menjadi legenda, karena penduduk setempat di sana masih dapat
menunjukkan tempat terjadinya peristiwa itu. Judulnya yaitu “Joko Tarub”.
Perbedaannya hanyalah mengenai apa benda yang dicuri sehingga menjadikan si
bidadari tidak bisa kembali ke kayangan, jika dalam cerita versi Jepang yang
dicuri adalah kimono terbang, maka dalam cerita Jaka Tarub yang dicuri adalah
selendang dari bidadari itu.
Dongeng lain lagi yang dapat
diperbandingkan adalah Mimpi Akinosuke. Dongeng ini mengenai seorang
pejabat rendah daerah (yeoman) yang bernama Akinosuke, yang bermimpi diangkat
sebagai menantu raja dari Kerajaan Tokoyo, ketika ia tertidur di bawah pohon.
Dalam mimpi tersebut ia memerintah kerajaan Tokoyo selama 24 tahun. Ketika
terbangun dari mimpinya, ia dan teman-temannya meyimpulkan bahwa kerajaan
tersebut tak lain kerajaan semut yang sarangnya berada tak jauh dari tempat ia
tertidur.
Di Indonesia, terdapat sebuah legenda yang
mirip dengan legenda Akinosuke tersebut, mengenai seorang kepala desa yang
bernama Singo Prono. Judul legenda ini yakni “Legenda Singo Prono
Menikah dengan Putri Babi Hutan”. Legenda ini berasal dari Boyolali Jawa
Tengah. Oleh para penduduk setempat legenda ini diyakini “benar-benar pernah
terjadi”. Cerita ini jelas berasal dari masa peralihan agama Hindu ke Islam
sehingga hewan babi belum diharamkan.
Legenda tipe memorat (pengalaman seseorang yang berhubungan dengan dunia gaib )
dari Jepang yang dapat dibandingkan dengan Indonesia yaitu legenda Rokuro-Kubi.
Rokuro-Kubi dalam kepercayaan rakyat Jepang adalah makhluk gaib
jadi-jadian atau siluman yang berupa manusia, namun berkemampuan untuk melepaskan
kepalanya pada malam hari. Di Indonesia cerita tentang makhluk gaib jadi-jadian
ini juga tersebar luas. Di Jakarta misalnya disebut dengan istilah Setan
Polong, di Kalimantan Tengah dengan istilah Hantuen, di Sulawesi Popokan,
di Maluku Swangi, dan di Bali Leak. Versi yang mirip dengan versi
Jepang yaitu yang berasal dari Jakarta dan Kalimantan Tengah. Makhluk-makhluk
gaib dari ketiga tempat itu dapat menanggalkan kepala pada malam hari untuk
mencari mangsa. Di Jepang makhluk itu memakan serangga dan manusia, namun di
Jakarta dan Kalimantan Tengah mereka dikenal sebagai penghisap darah yang
keluar dari rahim seorang wanita yang baru melahirkan anak, atau darah anak
yang baru lahir. (M. Mujibur Rohman)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletekira-kira ceritanya berlangsung pada periode apa yah?
ReplyDelete