History

History
"History Make Me Happy"

Friday 19 August 2016

FOLKLOR INDONESIA DAN JEPANG: SEBUAH PERBANDINGAN
(Bag.4)

D. Perbandingan dari Folklor Jepang dan Indonesia
     Dengan mempelajari folklor kedua negara ini, maka akan menemukan banyak persamaan disamping perbedaan. Misalnya mengenai keyakinan rakyat (folk beliefs), secara mendasar ada persamaan di antara keyakinan rakyat Jepang dengan keyakinan orang Jawa di kalangan Abangan dan orang Bali, terutama pada kepercayaan mengenai alam gaib dan konsep rakyat jelata mengenai keadaan “tercemar” (polluted state) dari kaum wanita selama menstruasi serta pada waktu melahirkan anak, karena mengeluarkan darah, yang di pulau Bali disebut keadaan sebel.

     Suatu hal yang sangat menarik untuk dikemukakan yaitu banyaknya bentuk fololor yang sama antara Jepang dan Indonesia, seperti cerita prosa rakyat dan kepercayaan rakyat. Persamaan ini antara lain disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang mereka peroleh dari folklor bangsa lain (Cina, India, serta Ero-Amerika), dan yang lebih penting lagi, kebudayaan kedua negara ini sama-sama berlandaskan pada apa yang disebut kebudayaan Megalitikum Asia.
     Dalam cerita prosa rakyat, terutama dongeng, dapat pula ditunjukkan adanya banyak persamaan dalam tipe-tipe cerita (tale types) maupun motif-motif cerita (motifs), sehingga menarik untuk diadakan penelitian perbandingan. Di Jepang ada sebuah dongeng berjudul Amarufi Otome, yang berarti “seorang wanita yang turun dari langit”. Dongeng ini mengandung tipe cerita (tale type) Swan Maiden yakni bidadari yang terpaksa harus menjadi manusia, karena pakaian terbang bidadarinya dicuri, kemudian disembunyikan seorang laki-laki sewaktu ia mandi di danau. Ia kemudian menjadi istri laki-laki itu, dan baru dapat kembali ke kayangan setelah menemukan kembali pakaian terbangnya”.
     Di Indonesia cerita rakyat dengan tipe ini juga sangat luas persebarannya, terutama di daerah-daerah yang pernah mendapat pengaruh kebudayaan Hindu-Budha dan Han (Cina), seperti Jawa Barat (Banten), Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta pulau Bali. Versi dongeng dari Indonesia yang mirip sekali dengan tipe cerita Swan Maiden dari Jepang yaitu yang terdapat di Tuban Jawa Timur. Versi yang berasal dari daerah ini, malah dapat digolongkan menjadi legenda, karena penduduk setempat di sana masih dapat menunjukkan tempat terjadinya peristiwa itu. Judulnya yaitu “Joko Tarub”. Perbedaannya hanyalah mengenai apa benda yang dicuri sehingga menjadikan si bidadari tidak bisa kembali ke kayangan, jika dalam cerita versi Jepang yang dicuri adalah kimono terbang, maka dalam cerita Jaka Tarub yang dicuri adalah selendang dari bidadari itu.
     Dongeng lain lagi yang dapat diperbandingkan adalah Mimpi Akinosuke. Dongeng ini mengenai seorang pejabat rendah daerah (yeoman) yang bernama Akinosuke, yang bermimpi diangkat sebagai menantu raja dari Kerajaan Tokoyo, ketika ia tertidur di bawah pohon. Dalam mimpi tersebut ia memerintah kerajaan Tokoyo selama 24 tahun. Ketika terbangun dari mimpinya, ia dan teman-temannya meyimpulkan bahwa kerajaan tersebut tak lain kerajaan semut yang sarangnya berada tak jauh dari tempat ia tertidur.
     Di Indonesia, terdapat sebuah legenda yang mirip dengan legenda Akinosuke tersebut, mengenai seorang kepala desa yang bernama Singo Prono. Judul legenda ini yakni “Legenda Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan”. Legenda ini berasal dari Boyolali Jawa Tengah. Oleh para penduduk setempat legenda ini diyakini “benar-benar pernah terjadi”. Cerita ini jelas berasal dari masa peralihan agama Hindu ke Islam sehingga hewan babi belum diharamkan.
     Legenda tipe memorat (pengalaman seseorang yang berhubungan dengan dunia gaib ) dari Jepang yang dapat dibandingkan dengan Indonesia yaitu legenda Rokuro-Kubi. Rokuro-Kubi dalam kepercayaan rakyat Jepang adalah makhluk gaib jadi-jadian atau siluman yang berupa manusia, namun berkemampuan untuk melepaskan kepalanya pada malam hari. Di Indonesia cerita tentang makhluk gaib jadi-jadian ini juga tersebar luas. Di Jakarta misalnya disebut dengan istilah Setan Polong, di Kalimantan Tengah dengan istilah Hantuen, di Sulawesi Popokan, di Maluku Swangi, dan di Bali Leak. Versi yang mirip dengan versi Jepang yaitu yang berasal dari Jakarta dan Kalimantan Tengah. Makhluk-makhluk gaib dari ketiga tempat itu dapat menanggalkan kepala pada malam hari untuk mencari mangsa. Di Jepang makhluk itu memakan serangga dan manusia, namun di Jakarta dan Kalimantan Tengah mereka dikenal sebagai penghisap darah yang keluar dari rahim seorang wanita yang baru melahirkan anak, atau darah anak yang baru lahir. (M. Mujibur Rohman)

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. kira-kira ceritanya berlangsung pada periode apa yah?

    ReplyDelete