History

History
"History Make Me Happy"

Thursday 18 August 2016

KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI SERTA KAITANNYA DENGAN PENDAPATAN NASIONAL

Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga umum, dan posisi neraca pembayaran suatu negara. Pendapatan nasional dapat didefinisikan sebagai:
a.       Nilai barang dan jasa yang diproduksi masyarakat suatu negara dalam satu periode tertentu (satu tahun).
b.      Jumlah pengeluaran nasional untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan.
c.       Jumlah pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dalam perekonomian tertutup sederhana yang melakukan kegiatan ekonomi ada dua sektor yaitu :
1.      Rumah tangga/keluarga
Pengeluaran dari sektor ini disebut pengeluaran konsumsi atau consumption expenditure.
2.      Perusahaan/produsen/business sektor
Pengeluaran dari sektor ini disebut pengeluaran investasi atau investment expenditure.
Dalam perekonomian ini, pengeluaran masyarakat seluruhnya meliputi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan investasi. Jadi pengeluaran masyarakat seluruhnya tersebut merupakan pendapatannya. Dalam rumus dapat ditulis :
Y = C + I dimana       Y = pendapatan nasional per periode
                                    C = konsumsi rumah tangga per periode
                                    I = Investasi per periode
Untuk menganalisa pendapatan nasional, ada 2 variabel :
1.    Variabel indogen, yang nilainya dapat diperoleh setelah dihubungkan dengan variabel dalam suatu model
2.    Variabel eksogen, merupakan variabel yang besarnya ditentukan oleh kekuatan di luar model. Dalam pembahasan ini variabel investasi merupakan variabel eksogen (dianggap tetap).
Berdasarkan hal ini, ada tiga konsep penting dalam perhitungan pendapatan nasional, yaitu konsumsi, tabungan dan investasi.
A.  Konsumsi
Pendapatan seseorang berpengaruh pada pola atau kegiatan konsumsi seseorang. Kegiatan konsumsi adalah kegiatan pemakaian suatu barang yang bersifat menghasilkan atau mengurangi nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Membahas konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengel;uaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran suatu perekonomian, maka akan dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian dan masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini lebih ditekankan pada konsumsi rumah tangga, alasannya sebagai berikut. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang blebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah
Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi. Perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan.
a. Pengertian Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.                                                          
Persamaannya   C = a + bY
Keterangan :
C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0
b = kecondongan konsumsi marginal
Y = tingkat pendapatan nasional

b. Kecenderungan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)
Setiap individu memiliki kecenderungan untuk membelanjakan pendapatannya atau kecenderungan untuk konsumsi. Kecenderungan mengkonsumsi dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Kecenderungan mengonsumsi marginal (MPC)
b.      Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (APC)
Kecenderungan mengonsumsi marginal (MPC) yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (AY). Sehingga rumusnya adalah :
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan :
MPC = Marginal Propensity to coscume (kecondongan mengosumsi marginal)
∆C    = pertambahan konsumsi
∆Yd = pertambahan pendapatan
Sedangkan Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume) atau APC yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC= C/Yd Keterangan
APC = konsumsi rata-rata
C      = tingkat konsumsi
Yd    = besarnya pendapatan disposabel

B. Tabungan
Jika bicara tentang konsumsi maka kita juga harus memikirkan tabungan (saving). Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Tabungan itu terjadi seiring dengan kelebihan konsumsi. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi lebih besar dibandingkan dengan tabungan. Fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian. Rumusya sebagai berikut :
S = -a + (1 – b) Y
Keterangan :
S = besarnya tabungan (save)
A = konnsumsi yang harus dipenuhi pada saat pendapatan nol
1-b = marginal prospensity to save
Y = pendapatan nasional
Dari rumus di atas terdapat konsep Marginal Prospensity to Save (MPS). Marginal propensity to save atau kecenderungan menabung marginal merupakan perbandingan antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposabel. Sehingga rumusnya sebagai berikut :
MPS= ∆S/∆Yd
Keterangan :
MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)
DS    : pertambahan tabungan
DY : pertambahan pendapatan
Selain MPS, terdapat juga konsep Average Prospensity to Save (APS)
Kecondongan menabung rata-rata merupakan perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan. Hubungan antara pendapatan, dan tabungan dinyatakan dalam rumus:
Y = C + S
Keterangan :
Y : Pendapatan
C : konsumsi
S : Tabungan
Antara MPC dengan MPS mempunyai hubungan yang cukup erat, hal ini bisa kita buktikan dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:
MPS + MPC = 1
MPC = 1 – MPS atau
MPS = 1 – MPC
Hubungan antara Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Y = C + S
Keterangan :
Y : Pendapatan
C : konsumsi
S : Tabungan
Adanya hubungan positif antara konsumsi dan pendapatan di atas akan menyebabkan kecenderungan mengkonsumsi marjinal atau marginal propensity to consume (MPC). Meskipun masalah MPC sedikit dibahas di atas, namun masih akan diuraikan lebih jauh mengenai kecenderungan mengkonsumsi. Arti marjinal sendiri adalah ‘tambahan’ atau ‘ekstra’. Jadi hal tersebut terjadi karena adanya kenaikan pendapatan dan berakibatt kenaikan pada kegiatan konsumsi. Berikut ini merupakan contoh perhitungan MPC dan MPS :
Contoh : Jika pendapatan seseorang naik dari Rp 2 juta menjadi Rp 2,5 juta dan konsumsinya naik dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 1,7 juta, maka konsumsi marjinalnya adalah: MPC = C / Y
C = C2 - C1 (1,7 – 1,5)
Y = Y2 - Y1 (2,5 – 2)
MPC = 0.2/0.5  Hasilnya = 0,4
Angka MPC sebesar 0,40 menunjukkan bahwa setiap pendapatan naik sebesar 1% maka konsumsi juga akan naik sebesar 0,40%. Dan juga sebaliknya jika pendapatan turun sebesar 1% maka konsumsi juga akan turun sebesar 0,40%.
Berdasarkan rumus MPC di atas, jika mengkonsumsi sebesar 0,4 maka tabungan atau saving (MPS / marginal prospensity to saving) akan menjadi 0,6. Angka ini diperoleh sebab, MPC + MPS = 1, maka apabila ditanya MPS dan MPC sudah diketahui maka tinggal mengurangi saja. 1 – MPC = MPS atau sebaliknya 1 – MPS = MPC. Angka MPS sebesar 0,6 menunjukkan apabila pendapatan naik sebesar 1% maka tabungan akan naik sebesar 0,60%. Sebaliknya jika pendapatan turun sebesar 1 % maka tabungan juga akan turun sebesar 0,60%.
Selain MPC dan MPS yang merupakan marjinal “tambahan”. Kita juga dihadapkan dengan masalah APC yaitu Average Prospensity to Consume yaitu hasrat untuk mengkonsumsi rata-rata. Artinya APC merupakan hubungan perbandingan (rasio) konsumsi dan pendapatan dapat dikatakan tingkat konsumsi.
Adapun formulanya sebagai berikut, APC = C/Y. Dan perlu diketahui bahwa APC selalu bernilai positif. Selanjutnya APS (Average prospensity to saving) adalah hubungan antara pengeluaran tabungan dan pendapatan disebut pula tingkat tabungan. Rumusnya, APS = S/Y.
C.  Investasi

Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang-barang modal yang terdiri dari mesin-mesin, pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut.       
Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan.
Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan. Faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan untuk:
a. Seluruh pembelian para pengusaha atas barang modal dan membelanjakan untuk mendirikan industri-industri.
b. Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.
c. pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang  yang belum diproses dan barang jadi.
Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada  keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi antara lain :
  1. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
  2. Tingkat suku bunga
  3. Ramalan ekonomi di masa depan
  4. Kemajuan teknologi
  5. Tingkat pendapatan nasional
  6. Keuntungan perusahaan
Berkaitan dengan faktor-faktor di atas, John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep efisiensi marginal kapital (marginal efficiency of capital) atau MEC. Keynes berpendapat bahwa rangsangan untuk melakukan investasi tergantung pada hasil  dari “efisiensi modal marginal” dan tingkat bunga.  MEC dapat didefinisikan sebagai tingkat perolehan bersih (keuntungan tinggi) yang diharapkan (expected net rate of return) atas pengeluaran kapital tambahan, yakni tingkat diskonto atau discount rate yang menyamakan aliran perolehan tambahan yang diharapkan di masa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain. Misalnya, apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 2% setiap bulan (atau 24% setahun), sedangkan keuntungan yang di harapkan sebesar 50% maka investasi tersebut masih menguntungkan karena keuntungan (kotor) yang di harapkan 50% jadi melebihi ongkos pendanaan dapat dikatakan 50%-24% = 26% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha tersebut “rasional” investasi tersebut akan dilaksanakan secara ringkas :
1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada tingkat bunga, maka investasi dilaksanakan.
2. jika MEC lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi tidak dilaksanakan.
3. Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bisa di laksanakan
dan bisa juga tidak
Dari uraian di atas, diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang diharapkan oleh para investasi ditentukan oleh dua hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan marginal efficiency of capital. Perilaku makro para investor ini biasanya diringkas dalam satu bentuk fungsi marginal efficiency of capital (MEC) atau fungsi investasi.
Terdapat keterkaitan yang erat antara pendapatan nasional dan investasi. Hubungan keduanya menjadi suatu sorotan para ekonom, baik dari kalangan Klasik maupun Neo Klasik.  Teori pendapatan nasional Keynesian yang menggunakan pendekatan pengeluaran agregatif dimana besarnya pendapatan nasional suatu negara diukur dari komponen-konponen expenditure para pelaku ekonominya lewat anggaran-anggarannya, yaitu; sektor rumah tangga (C; consumtion), perilaku usaha dan dunia usaha tercermin lewat komponen investasi yang ditanam (I), pemerintah melalui anggaran belanjanya (G) dan sektor perdagangan internasional yang tercermin lewat nilai ekspor / impor netto-nya.
Teori diatas selanjutnya menurunkan pertimbangan parsial pada faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi. Seperti halnya dalam konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, investasi oleh para pengusaha ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu diantara faktor-faktor penting yang dipertimbangkan adalah besarnya nilai pendapatan nasional yang dicapai.
Sudono (1996), dalam kebanyakan analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya variabel investasi yang dilakukan oleh pengusaha berbentuk investasi autonomi (besaran / nilai tertentu investasi yang selalu sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional). Tetapi adakalanya tingkat pendapatan nasional sangat besar pengaruhnya pada tingkat investasi yang dilakukan. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa.
Maka keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi baru pada sektor usaha. Dengan demikian, apabila nilai pendapatan nasional semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dan sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional, maka nilai permintaan investasinya akan semakin rendah pula.

Sumber pendapatan nasional (Y) berasal dari konsumsi dan investasi. Pendapatan nasional digunakan untuk konsumsi dan saving. Pendapatan nasional mencapai keseimbangan atau ekuilibrium jika S=I atau tabungan sama dengan investasi. Penciptaan/pengadaan produksi  diawali oleh  proses pengadaan yg dibiayai oleh investasi. Besarnya investasi nasional sedikitnya banyak tergantung dari besar kecilnya tabungan nasional yang pola perilakunya bergantung pada tingkat suku bunga, sedangkan besar kecilnya  tabungan  bergantung  dari besar kecilnya tingkat pendapatan nasional, sehingga dalam pasar barang atau rumah tangga produsen yg sangat berperan adalah besar kecilnya  tingkat tabungan dan investasi ( S=I). jadi, Tabungan (S) dan Investasi (I) idealnya harus sama jika ingin mencapai keseimbangan atau pendapatan yang ekuilibrium. (M. Mujibur Rohman)

1 comment:

  1. ░░▄███▄███▄
    ░░█████████
    ░░▒▀█████▀░
    ░░▒░░▀█▀
    ░░▒░░█░
    ░░▒░█
    ░░░█
    ░░█░░░░███████
    ░██░░░██▓▓███▓██▒
    ██░░░█▓▓▓▓▓▓▓█▓████
    ██░░██▓▓▓(◐)▓█▓█▓█
    ███▓▓▓█▓▓▓▓▓█▓█▓▓▓▓█
    ▀██▓▓█░██▓▓▓▓██▓▓▓▓▓█
    ░▀██▀░░█▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓█
    ░░░░▒░░░█▓▓▓▓▓█▓▓▓▓▓▓█
    ░░░░▒░░░█▓▓▓▓█▓█▓▓▓▓▓█
    ░▒░░▒░░░█▓▓▓█▓▓▓█▓▓▓▓█
    ░▒░░▒░░░█▓▓▓█░░░█▓▓▓█
    ░▒░░▒░░██▓██░░░██▓▓██
    ████████████████████████
    █▄─▄███─▄▄─█▄─█─▄█▄─▄▄─█
    ██─██▀█─██─██─█─███─▄█▀█
    ▀▄▄▄▄▄▀▄▄▄▄▀▀▄▄▄▀▀▄▄▄▄▄▀

    ReplyDelete