KARIMUNJAWA: GEOGRAFI, HISTORI, dan TRADISI
(Bag. 3)
v Tradisi Lisan
Masyarakat Karimunjawa
Beberapa cerita rakyat yang tumbuh di masyarakat
Karimunjawa berkaitan erat dengan tokoh Amir Hasan. Cerita-cerita semacam ini
tumbuh secara turun-temurun sehingga sudah menjadi tradisi lisan masyarakat
Karimunjawa. Cerita-cerita tersebut antara lain mengenai Legon Lele, Siput
Bolong, Ular Edor, dan cerita-cerita lainnya.
Cerita asal-usul legon lele dan siput bolong berkaitan
erat dengan kepergian Amir Hasan menuju Karimunjawa. Melihat putranya tidak di rumah
maka Nyai Sunan Muria menanyakan kepada Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa
Amir Hasan disuruh pergi dari rumah menuju ke sebuah pulau yang berada di sebelah
utara Pulau Jawa, maka Nyai Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk
menyusulnya guna memberi bekal perjalanan. Teringat akan makanan kesukaan
putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan pecel lele oleh Nyai Sunan dengan
harapan untuk memberikan kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah di pantai ternyata
Amir Hasan dan kedua abdinya sudah berlayar di lautan, maka oleh sang ibu pecel
lele itu lalu dibuang ke laut. Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan
atas kehendak Tuhan mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula di pulau yang
dituju oleh Amir Hasan. Konon, ikan–ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya
tidak mempunyai patil. Area ini
sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu di bagian timur dari Pulau
karimunjawa.
Pada waktu Nyai Sunan Muria membawakan pecel lele saat
menyusul putranya ke Pantai Jepara, juga dibawakan oleh beliau makanan kesukaan
Amir Hasan yang lain, yaitu makanan siput. Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang
tidak berhasil menyusul putranya yang berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan
beliau dengan melemparkan pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut. Sama
halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun terdampar di
perairan Karimunjawa yaitu di legon lele. Siput ini memiliki ciri khas yaitu
punggungnya bolong (berlubang) dan
terkenal dengan nama “Siput Bolong”.
Mengenai cerita
ular Edor, diceritakan bahwa pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan
nama Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki
daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam ajaran
agama Islam dan sekaligus mengembangkanya. Pada suatu ketika beliau sedang
berjalan ternyata ada seekor ular yang bertubuh pendek dan berwarna hitam serta
sangat berbisa mencoba untuk menggigit beliau namun ternyata tidak mempan.
Akibat dari peristiwa itu Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut
menjadi buta, karena dianggap menggigit sembarang orang. Sampai sekarang jenis
ular ini yang dikenal dengan nama “Ular Edor”. Ular ini matanya buta, umumnya
tidak mampu untuk bergerak di siang hari.
Di Karimunjawa (tepatnya
Pulau parang), terdapat sumur yang dikenal sebagai sumur wali. Sumur ini
merupakan salah satu sumur yang disucikan di Pulau Parang, dipercaya apabila
mendapati sumur tersebut berisikan air dan mengambil airnya akan membawa keberuntungan
bagi yang mengambilnya.
Tradisi lisan lain yang berkembang di masyarakat Karimunjawa
adalah cerita mengenai karang-karang di pantai Barakuda. Di pantai tersebut
terdapat dua karang yang berhimpitan, atas dan bawah. Konon, pada zaman dahulu
di perairan Karimunjawa terdapat gerombolan perompak atau bajak laut. Oleh
karena Sunan Nyamplungan ingin memberantas perompak-perompak ini. Usaha yang
dilakukan Sunan Nyamplungan ini mengalami kesulitan karena pimpinan perompak
ini konon memiliki ilmu “kesaktian”, yaitu rawarontek, di mana jika pimpinan
perompak ini tewas tetapi masih menyentuh tanah, maka ia akan hidup lagi. Oleh
karena itu, dengan kesaktiannya Sunan Nyamplungan kemudian menjepit tubuh
pimpinan perompak itu di antara dua batu karang, yang sekarang dapat dilihat di
pantai Barakuda (Muhammad Rifai, 25 Juli 2011).
Tradisi lisan semacam ini tumbuh subur di kalangan Masyarakat
Karimunjawa. Walaupun cenderung irasional dan berupa mitos-mitos, tetapi
tradisi lisan ini dapat menambah khasanah pengetahuan dan kearifan lokal
masyarakat Karimunjawa untuk tetap menghargai perjuangan Sunan Nyamplungan yang
notabene adalah cikal bakal nama Karimunjawa. (M.
Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment