MAKNA
SIMBOL
Simbol dan ritualitas sosial keberagaman memiliki makna yang sangat
multivokal atau banyak makna. Menurut pendapat Victor Turner, multivokal makna
dalam pengertian simbol dan ritual ini, berhubungan erat dengan bagaimana
simbol tersebut dipersepsi dan diinternalisasi menjadi sistem kepercayaan baik
secara individual maupun secara komunal. Secara etimologis simbol berarti tanda
atau pertandaan yang digunakan untuk kepentingan ritualitas tertentu. Secara terminologi
simbol diartikan sebagai sesuatu yang dianggap atas dasar kesepakatan bersama,
sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau mengingatkan
kembali dengan memiliki atau mengintegralkan kembali dengan memiliki kualitas
yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dalam hati dan pikiran.
Memperhatikan definisi di atas simbol merupakan
pertandaan yang tidak hanya menyampaikan gambaran tentang sesuatu yang bersifat
immaterial, tetapi juga menyampaikan fenomena-fenomena material yang ada dalam
hati dan pikiran. Dalam kaitan ini, simbol dapat dipahami sebagai ekspresi
dalam wujud material yang digunakan masyarakat untuk menggambarkan sesuatu yang
immaterial atau kepercayaan. Simbol menggambarkan bentuk, sifat, dan makna
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, sebab demikian, makna simbol selalu
menggambarkan ritualitas serta proses sosial yang dilakukan oleh masyarakat.
Menurut Victor Turner tidak mungkin mengetahui makna ritualitas masyarakat
tanpa memahami makna simbol-simbol yang digunakannya.
Simbol dan ritual memiliki kaitan yang sangat erat dalam formasi sebuah struktur kemasyarakatan maupun deformasi (pengubahan) sebuah struktur yang mapan. Di sini sebuah ritual dipelajari dalam kaitannya dengan kerangka struktur kemasyarakatan maupun fungsinya sebagai penjaga social order. Turner misalnya berpendapat bahwa “bahkan pada masyarakat yang paling sederhana, perbedaan antara struktur (keteraturan hierarki dari status dan peranan sosial, politik dan ekonomi) dan komunitas (komunion orang-orang individual yang langsung, tanpa perantara dan tidak berstruktur) ada dan memperoleh ekspresi simbolik dalam atribut-atribut kebudayaan dari liminalitas, marginalitas dan inferioritas dan bahwa jika dilihat bersama-sama, struktur dan komunitas menunjukkan kondisi manusia yang memandang hubungan manusia dengan manusia lainnya
Ada efek psikologis yang dimunculkan simbol, ketika
seseorang berhadapan dengan tatanan simbol maka seluruh intensi pikirannya akan
mengulas kembali pengalaman yang pernah dilalui untuk menafsirkan simbol yang
ada pada saat itu juga. Simbol berpartisipasi dalam arti, kekuatan dan
keutamaan yang ditampilkan oleh simbol-simbol, menurut Turner pada hasil
penelitiannya yaitu simbol-simbol yang digunakan dalam ritus-ritus masyarakat
Ndembu dilihat sebagai sesuatu yang hidup, simbol terlibat dalam proses hidup
sosial, kutural dan religius suku Ndembu). Dan simbol yang sifatnya multivokal
menunjukkan satu simbol dapat memiliki arti lebih dari satu atau menunjukkan
banyak hal, tidak berfokus pada satu pengertian yang pokok saja.
Turner memandang makna dan fungsi ritual dalam masyarakat
sebagai suatu aktivitas untuk mengembalikan kesatuan masyarakat. Hal tersebut
mengilhami pandangan bahwa ritual dapat dilihat sebagai simbol. Menurut Victor
Turner ketika mengkaji ritual (upacara keagamaan) pada masyarakat Ndembu di
Afrika, simbol-simbol dalam bentuk ritual berfungsi sebagai jembatan penghantar
satuan-satuan kenyataan yang berbeda-beda dari pengalaman manusia. Ritual bagi
masyarakat Ndembu adalah tempat mentransendensikan konflik keseharian. Sebagai
media untuk mengurangi permusuhan diantara warga masyarakat yang disebabkan
adanya kecurigaan-kecurigaan. Menutup jurang perbedaan yang disebabkan friksi
di dalam masyarakat, sebagai sarana untuk memantapkan kembali hubungan yang ada
dan sebagai medium untuk menegaskan kembali nilai-nilai masyarakat. Dengan
demikian konsepsi-konsepsi simbolik yang dipunyai oleh setiap individu dirubah
referensi dan orientasinya menjadi bersifat kebersamaan melalui proses-proses
yang ada dalam berbagai upacara. Jadi Turner melihat ritual sebagai simbol dari
apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat yang mendefinisikan dirinya
sebagai makhluk sosial
Di dalam
masyarakat, sebagian besar pengetahuan, pikiran, perasaan, dan persepsi manusia
terkandung dalam bahasa, suatu sistem simbol. Kata-kata mengandung makna atau
nama yang menggolong-golongkan objek dan pikiran. Kata-kata adalah persepsi
konseptual mengenai dunia, dunia yang terkandung dalam simbol-simbol.
Simbol-simbol kata, bahasa sesuai bagi suatu masyarakat pada waktu dan tempat
tertentu. Suatu konsep makna bisa ditunjukkan dengan simbol. Contohnya, cincin
merupakan simbol perkawinan, seragam militer merupakan simbol kesatuan, bendera
merupakan simbol bangsa. Seseorang juga dapat merupakan simbol, seperti
presiden menunjukkan republic, raja dan ratu menunjukkan kerajaan.
Makanan dapat
menjadi sebuah simbol sebagai pernyataan adanya hubungan sosial. Pada semua
masyarakat, kebiasaan memberi makanan dan minuman adalah sebagai suatu pernyataan
cinta kasih dan persahabatan. Menerima makanan dari seseorang sama halnya
dengan menerima perasaan yang dinyatakan seseorang dan membalas perasaan orang
tersebut. Di samping itu ada makanan tertentu yang merupakan simbol kekerabatan
dan keramah-tamahan, misalnya garam pada masyarakat Roma.
Kita juga mengenal makanan sebagai alat untuk memelihara
hubungan keluarga. Misalnya pada masyarakat Indonesia sering dilakukan acara
makan bersama pada waktu arisan atau pertemuan keluarga. Hal ini menunjukkan persatuan
atau ada ikatan yang erat di dalam kelompok atau keluarga. Dalam pengertian
yang luas makanan sebagai simbol identitas suku bangsa atau bangsa tetapi
tentunya tidak semua makanan mempunyai simbol tersebut. Misalnya makanan
“gudeg” sebagai identitas masyarakat Jawa Tengah, makanan “rendang” sebagai identitas
suku bangsa Minangkabau.
Realitas sosial dalam masyarakat melalui simbol kadang
terlihat samar namun sering juga telihat dalam bentuk yang lebih nyata. Pada
kasus tersebut simbol warna hitam dan putih sering digunakan untuk menyatakan
adanya persepsi oposisi biner. Seperti hitam-putih, jahat-baik, benar-salah, yang
sering digunakan untuk mempermudah pemahaman akan pesan moral yang ingin
disampaikan, baik melalui cerita, legenda, juga dalam ritual tertentu. (M.
Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment