History

History
"History Make Me Happy"

Friday 19 August 2016

FOLKLOR INDONESIA DAN JEPANG: SEBUAH PERBANDINGAN
(Bag.1)

A.    Hakikat Folklor Jepang dan Folklor Indonesia

Folklor Jepang yaitu sebagian dari kebudayaan Jepang yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional, dalam versi berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat, atau alat pengingat (mnemonic device). Sedangkan pengertian Folklor Indonesia juga hampir sama dengan Folklor Jepang, yakni sebagian kebudayaan Indonesia yang disebarkan dan diwariskan turun-temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
     Jika Folk (pendukung folklore) di Indonesia adalah kolektif apa saja, tidak memandang apakah kolektif itu terpelajar atau tidak, bangsawan atau bukan, orang kota atau bukan, dan lore-nya adalah semua hasil karya orang Indonesia yang pada umumnya disebarkan dan diwariskan secara lisan, maka di Jepang pendukung folklor adalah rakyat jelata (commoner), bahkan para petani pedesaan, dan lore-nya adalah tradisi pribumi Jepang yang didukung oleh rakyat jelata itu.
    Apabila kebudayaan mempunyai tujuh unsur universal-ekonomi, teknologi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan  sistem religi, maka folklor-baik Jepang maupun Indonesia, juga mempunyai beberapa bentuk (forms atau genre). Semua bentuk-bentuk itu selanjutnya dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar : 1. Folklor lisan (verbal folklore), 2. folklor sebagian lisan (party verbal folklore), 3. folklor bukan lisan (non verbal folklore). Bentuk Folklor yang tergolong kelompok besar pertama yaitu ungkapan rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional (teka-teki), puisi rakyat, cerita prosa rakyat (mite, legenda Dan dongeng), serta nyanyian rakyat. Bentuk-bentuk ini dapat dijumpai di Indonesia Dan Jepang walaupun dalam versi dan bentuk yang berbeda. Contohnya prosa rakyat Akinosuke dari Jepang yang mirip dengan legenda Singo Prono dari Boyolali, Jawa Tengah.
     Bentuk-bentuk folklor yang tergolong kelompok besar kedua yaitu religi, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini juga dapat dijumpai di Jepang dan Indonesia dalam bentuk yang berbeda, contohnya permainan rakyat Gerobak Sodhor (gobhak sodhor), Bentengan, Banggalan dan lain-lain, di Indonesia sedangkan di Jepang mengenal permainan fisik Sumo.
     Bentuk-bentuk kelompok besar ketiga dapat diperinci ke dalam dua sub-kelompok besar, yakni yang materiil dan yang bukan materiil. Bentuk-bentuk folklor materiil yaitu arsitektur rakyat, seni kriya, pakaian, makanan dan minuman rakyat, serta obat-obatan tradisional, sedangkan yang tergolong bukan materiil yaitu gerak isyarat tradisional (gesture) dan musik tradisional. Hal ini juga dapat dijumpai di Jepang dan Indonesia, salah satu contonya mengenai pakaian rakyat. Jika di Jepang dikenal Kimono, maka di Indonesia dikenal pakaian-pakaian adat seperti kebaya, baju Kurung, dan lain-lain. (M. Mujibur Rohman)


1 comment: