PENGARUH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP PELAYARAN
SAMUDERA PADA AKHIR ABAD XV
Eropa pada tahun
1450 sampai 1650 menemui masa penemuan (Age of Discovery) dan masa
perluasan kekuasaan (Age of Expansion). Ketika itu bangsa-bangsa Eropa
sudah dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang geografi dan teknologi.
Memang mereka tertinggal oleh bangsa Romawi dan bangsa Islam selama
berabad-abad lamanya. Namun rupanya, bangsa-bangsa Eropa memiliki keinginan
yang kuat untuk mengejar ketertinggalan itu. Mereka berlomba-lomba mengarungi
samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia ini bulat seperti bola atau
datar seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi, membangun wilayah-wilayah
pendudukan atau koloni-koloni. Inilah awal kolonialisme Eropa.
Akhir abad ke-15, di Eropa timbul suatu peristiwa
gerakan Renaissance dan Humanisme
yang bertujuan untuk mempelajari, menyelidiki dan menggali ilmu pengetahuan.
Semangat untuk dapat lebih dari masa lampau menimbulkan gerakan kemajuan.
Dengan semangat kemajuan tersebut, maka pada abad ke-15 di Eropa melahirkan
temuan-temuan baru, misalnya temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat. dan ditemukanya teknologi
kompas. Hal ini mendorong pelaut-pelaut
dari Spanyol, Portugis dan negara-negara Eropa lainnya untuk berlayar menjelajahi
samudera mencari daerah baru.
Keinginan untuk
mengarungi samudra semakin besar, ketika muncul buku karangan Marco Polo yang berjudul "Imago
Mundi" (Citra Dunia) dan"Il Milline" (Sejuta
Keajaiban). Pada kedua buku ini dijelaskan tentang kekayaan yang melimpah di
negeri timur (Cina dan Jepang). Kekayaan itu berupa emas, perak, dan sutra.
Kisah dalam buku Marcopolo itu memberikan dorongan bagi para pelaut Eropa untuk
mengarungi samudra.
Kemajuan teknologi
dan pengetahuan mengenai pelayaran memungkinkan bangsa-bangsa Eropa melakukan
penjelajahan dunia. Selain kapal laut, bangsa-bangsa Eropa Barat telah
menyempurnakan meriam. Senjata ini mengeluarkan dentuman yang menakutkan.
Pelurunya bisa merusak benteng kayu bahkan kota. Teknologi meriam sangat membantu
para pelaut karena mereka kekurangan prajurit untuk melindungi kapal. Kala itu,
Eropa baru saja dilanda wabah kematian yang disebut "Black Death".
Selain kekurangan prajurit, mereka juga kekurangan pendayung yang biasanya
menggunakan para budak atau orang-orang terpidana.
Keberhasilan
menempatkan meriam di kapal juga dilengkapi dengan kemampuan memanfaatkan
tenaga angin untuk menggantikan tenaga pendayung. Semula, kendaraan perang di
laut hanyalah perahu besar terbuka berawak puluhan pendayung. Kapal-kapal
berlambung tertutup dan digerakan angin yang ditangkap layar pada tiang,
berhasil mengatasi masalah kekurangan pendayung dan keseimbangan akibat
tambahan bobot meriam dan hempasan ombak besar. Walau lebih lamban daripada
kapal dayung, kapal layar ini memuat lebih banyak barang dan lebih lincah.
Pada abad ke-15,
para pelaut Eropa mulai mengenal kompas yang dibawa para pedagang muslim dari
Cina. Kompas sangat membantu untuk menentukan arah pelayaran. Orang-orang Islam
telah menemukan astrolobe pada abad ke-12, juga berjasa bagi para pelaut
Eropa. Alat itu dapat mengukur ketinggian matahari dan benda langit lainnya.
Dengan demikian, para pelaut dapat mengetahui letak kapal dari gais
khatulistiwa. Peralatan navigasi ini lambat laun membantu menyempurnakan peta. (M. Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment