KARIMUNJAWA: GEOGRAFI, HISTORI, dan TRADISI
(Bag. 2)
v Sejarah
Nama Karimunjawa
Pada umumnya, nama suatu tempat memiliki arti tersendiri
yang erat kaitannya dengan mitos, tokoh-tokoh tertentu atau peristiwa penting
yang pernah terjadi di masa lampau. Demikian halnya dengan Kepulauan
Karimunjawa. Secara historis, nama Karimunjawa berkaitan erat dengan Sunan
Nyamplungan, seorang tokoh penyebar Islam di Karimunjawa. Keberadaan
Pulau Karimunjawa juga tidak lepas dari bidikan sejarah salah satu Wali Songo
yang terkenal yaitu Sunan Muria, Sunan Kudus dan Kalijaga. Konon orang yang
pertama kali mendiami serta menemukan Pulau Karimunjawa adalah Raden Amir Hasan
putra dai Sunan Muria, cucu dari Sunan Kalijaga dan murid dari Sunan Kudus.
Sepak terjang dari Sunan Amir Hasan atau lebih akrab dikenal dengan Sunan Nyamplungan
adalah cikal bakal berkembangnya dakwah islam di Karimunjawa. Hal ini tentunya
menjadi daya tarik tersendiri bagi peminat studi sejarah yang banyak menemukan hal-hal baru tentang Sunan
Nyamplungan.
Sunan Nyamplungan yang mempunyai nama asli Amir Hasan
adalah putra Sunan Muria. Perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal. Hal
ini disebabkan perkembangan kehidupan Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa
selalu dimanjakan oleh Nyai Sunan Muria. Melihat hal yang tidak menguntungkan
terhadap diri Amir Hasan, Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan
dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan
cenderung pada kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan
Nyai Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya, yaitu
Sunan Kudus dengan harapan dapat diasuh oleh Sunan Kudus dapat diterima dan
kelak menjadi orang yang baik dan soleh.
Selama
dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan perubahan menjadi pemuda
yang baik dan sangat taat melaksanakan ajaran dan perintah Sunan Kudus. Melihat
perkembangan yang demikian, Amir Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria
karena Sunan Kudus sudah merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu
khususnya mendalami ajaran agama Islam. Setelah menerima laporan dari Sunan
Kudus, Sunan Muria menjadi sangat bahagia karena anaknya mau
mematuhi ajaran orang tua, kemudian untuk melatih dan
mencobanya diperintahkan oleh Sunan Muria agar Amir Hasan pergi ke salah satu
pulau yang kelihatan dari puncak gunung Muria seperti kremun – kremun (dalam bahasa Indonesia
artinya yaitu samar-samar) dengan disertai dua orang abdi untuk menemani dan
diberi bekal dua biji buah nyamplung untuk ditanam. Sebelum ke sana Sunan
Kalijaga kakek dari Sunan Nyamplungan membekalinya dengan tongkat yang sudah
diberi doa-doa yang dinamakan tongkat kayu Dewandaru dan dibawalah tongkat
wasiat ini oleh Sunan Nyamplungan untuk berjaga-jaga selama dalam perjalanan.
Selain itu diberikan juga dua mustaka Masjid kepada Sunan Nyamplungan untuk
didirikan Masjid di Karimunjawa. Sampai sekarang pohon Dewandaru telah banyak
dibudidayakan di daerah Karimunjawa. Kayu Dewandaru menurut masyarakat
Karimunjawa merupakan salah satu kayu keramat, bertuah dan sakral (Mbah Ahmad
Shodiq, 24 Juli 2011). Perjalanan Amir Hasan yang memakan waktu lama dengan
menyeberang laut akhirnya sampai di tempat yang dituju di sebuah pulau ,
kemudian Amir Hasan menetap di sana dan pulau ini kelak bernama Karimunjawa.
Pulau
yang terlihat kremun – kremun dan
masih merupakan kawasan kepulauan Jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir
Hasan, terdapat beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat
menyebut Amir Hasan dengan nama “ Sunan Nyamplungan “. (M. Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment