History

History
"History Make Me Happy"

Friday 19 August 2016

DINAMIKA PELAYARAN DI NUSANTARA ABAD KE 15 – 17 M
Pada abad ke 15 di Indonesia mulai bermunculan kota-kota pelabuhan atau emporium-emporium. Kota-kota pelabuhan itu berkembang secara sinergi dengan perkembangan agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada fakta bahwa berkembangnya agama Islam di Indonesia adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota pelabuhan seperti Samudera Pasai, Aceh, Malaka, Demak, Gresik, Tuban, Cirebon, Banten, Ternate, dan lain-lain. Antara kota pelabuhan yang satu dengan yang lain saling mengadakan interaksi perdagangan. Sudah barang tentu aktivitas ini menggunakan jalur pelayaran sebagai sarananya.
     Berkenaan dengan aktivitas pelayaran dalam kurun waktu abad 15-17, maka tidak terlepas dari apa yang disebut sebagi teknologi perkapalan. Pada masa itu sudah terdapat tradisi pembuatan kapal yang digunakan untuk berlayar mengarungi pulau-pulau di nusantara serta untuk mengangkut barang-barang hasil perdagangan. Tradisi pembuatan kapal pribumi mengalami perubahan signifikan sejak kedatangan kapal-kapal Portugis di perairan nusantara. Hal ini terjadi karena banyak orang Portugis bekerja sebagai penasehat dan arsitek kapal seperti yang dilakukan oleh Van Linschotten pada akhir abad ke-16.
     Pusat-pusat pembuatan kapal di nusantara yang terkenal terdapat di Jawa. Galangan kapal ini pada abad ke-16 sangat terkenal di Asia Tenggara. Keahlian arsitek kapal Jawa begitu tersohor sehingga Alfonso d’Albuquerque membawa 60 tukang yang cakap pada waktu ia meninggalkan Malaka pada tahun 1512. Namun kapal yang dibuat di Jawa ini terbatas pada kapal-kapal kecil yang bisa berlayar cepat untuk keperluan perang. Di samping itu dibuat pula kapal muatan dengan tonnage yang kecil. Menurut orang Belanda, pusat galangan kapal di Jawa adalah Lasem yang terletak antara pelabuhan-pelabuhan terkenal, Tuban dan Jepara dan yang dekat dengan hutan jati Rembang. Teknologi perkapalan di Jawa pada abad ke-16 sudah begitu bagus dan hebat. Hal ini mendukung aktivitas pelayaran antar kota-kota dagang di berbagai daerah di nusantara.
     Teknologi pelayaran yang pertama bagi bangsa Indonesia adalah menggunakan sistem angin musim. Pengetahuan tentang angin darat dan angin laut adalah pengetahuan penting bagi para pelaut dan nelayan. Dalam kurun waktu abad 15-17 para pedagang dan pelaut juga menggunakan  pengetahuan dan teknologi ini untuk berlayar ke kota-kota dagang yang ada di daerah lain. Dengan demikian mereka bisa memanfaatkan angin tersebut jika berlayar keluar pada malam hari dan pulang kampung pada siang hari. Di samping itu mereka juga telah mengenal cukup lama perubahan musim. Dengan memanfaatkan perubahan angin ini maka dalam bulan Oktober kapal-kapal berangkat dari Maluku menuju pusat perdagangan di Ujungpandang, Gresik, Demak, Banten sampai Malaka dan kota-kota lain di sebelah barat; sedangkan dalam bulan Maret perjalanan ke Timur dapat dilakukan dengan menggunakan kapal dari sebelah barat. Penguasaan teknologi pelayaran memungkinkan para pelaut dan pedagang melakukan aktivitas pelayaran dan perdagangan antar pulau.
     Sebagai contoh, jaringan pelayaran yang terjadi antara Makasar dengan Asia Tenggara sudah berjalan cukup baik. Hal ini hanya dapat terjadi bila didukung oleh kemampuan pelayaran yang bagus serta letak Makassar yang cukup strategis di antara Maluku, Nusa Tenggara, Jawa, dan Kalimantan. Dalam pelayaran ini barang yang diperdagangkan antara lain beras, kain, tembakau, dan cengkeh. Tidak menutup kemungkinan pula pedagang Makassar juga menjalin kontak pelayaran dengan Johor, Pahang, Pattani, Gujarat, dan Cina.
     Dalam periode ini (abad15-17) jaring-jaring perdagangan berkembang bagaikan jaring-jaring laba-laba sehingga Anthony Reid menyebut periode ini sebagai “the age of commerce”. Periode ini menjadi fondasi bagi integrasi ekonomi antara kota-kota pelabuhan di nusantara seperti Demak, Cirebon, Banten, Tuban, Gresik, Makasar, Banjarmasin, Ternate, Tidore, dan sebagainya meskipun secara politik justru terjadi disintegrasi. (M. Mujibur Rohman)



No comments:

Post a Comment