History

History
"History Make Me Happy"

Friday 19 August 2016

SEJARAH SEMARANG SEBAGAI KOTA PELABUHAN
Salah satu kota pelabuhan yang cukup terkenal adalah Semarang. Ditinjau dari sudut morfologinya, letak geografis kota Semarang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kota atas atau daerah Bukit Candi yang biasa disebut dengan istilah kota atas (bovenstad) dan daerah rendah atau daerah alluvial disebut kota bawah (benedenstad). Diperkirakan daratan alluvial itu secara alami selalu makin bertambah antara 8-12 M pada setiap tahunnya. Pertambahan itu terutama sebagai pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Kaligarang atau Sungai Semarang yang pada jaman kolonial Belanda tampak melewati dan membelah kota Semarang.

    Berdasarkan asumsi di atas, maka dapat diperkirakan bahwa pada sekitar abad ke-10 pantai laut Semarang terletak di sepanjang kaki bukit Candi, sedangkan dataran alluvial yang akhirnya membentuk kota Semarang bawah, pada masa itu masih merupakan delta dan beting-peting pantai yang terletak bersebelahan antara muara sungai Semarang. Oleh karena itu yang dinamakan Semarang pada abad ke-8 sampai 10 masih merupakan dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian antara 25 m sampai 250 m, dan terkenal dengan nama bukit Candi.
     Mengenai informasi keberandaan pelabuhan Semarang ternyata sudah diketahui sejak jaman Hindu, bahkan pada masa itu sudah merupakan Bandar utama dari Kerajaan Mataram kuno (732-824) dengan pusat pemerintahannya di Medang Jawa Tengah. Hanya saja pelabuhan Semarang pada waktu itu masih berlokasi pada kaki bukit Candi, karena kota Semarang bawah pada masa itu masih merupakan bagian dari laut Jawa atau Teluk yang menjorok ke daratan sampai pada ke suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Bergota. Oleh karena itulah pelabuhan Semarang pada waktu itu tidak lain adalah pelabuhan Bergota. Bagi Mataram Kuno, pelabuhan Bergota sangat penting artinya bagi pengembangan ekonomi kerajaan, sehingga Mataram kuno pada waktu itu bisa berkembang menjadi kerajaan Hindu terbesar di Jawa. Bahkan kemunduran kerajaan itu juga disebabkan oleh tidak berfungsinya pelabuhan Bergota, oleh karena pengendapan lumpur yang semakin mendangkalkan perairan pelabuhan, terutama yang dibawa oleh aliran sungai terbesar pada waktu itu yaitu Kaligarang.
     Semarang sebagai suatu daerah yang memiliki pemerintahan, hal itu baru diketahui terjadi pada tahun 1575, yaitu ketika Kyai Pandang Arang diangkat sebagai bupati Semarang oleh Sultan Demak. Dengan demikian kota pelabuhan Semarang merupakan daerah kekuasaan Demak. Akan tetapi pada periode itu pelabuhan Semarang letaknya sudah bergeser lebih ke bawah. Sesudah itu Semarang berada di bawah kekuasaan Mataram Islam yang berlokasi di pedalaman. Di bawah pemerintahan Panembahan Senopati (1554-1599) daerah Semarang dan kota-kota pesisiran Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan Mataram Islam. Pada masa Sunan Amangkurat I (1645-1677) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh aliansi antara Trunajaya dan Raden Kajoran. Pemberontakan ini dapat dipadamkan dengan bantuan kompeni. Atas bantuannya kompeni memperoleh kompensasi berupa diijinkan mendirikan loji (kantor dagang) di Semarang. Sejak itu pulalah pelabuhan Semarang pada muara kali Semarang mulai berkembang menjadi pusat ekonomi atau perdagangan dan pelayaran orang-orang Belanda, yang kemudian juga diikuti oleh orang-orang Cina, pribumi dan lainnya.
     Sejak tahun 1697, pelabuhan Semarang pada dasarnya sudah menggantikan kedudukan Jepara yang tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pelabuhan ekspor produk-produk pertanian khususnya beras. Hal itu terjadi pada tahun 1697 bersamaan dengan dipindahkannya pusat kekuasaan VOC di Jawa yang semula berkedudukan di Jepara ke Semarang. Sejak itu pula maka Semarang menjadi salah satu kekuasaan VOC di Jawa di samping Batavia dan Jepara. Bahkan pada tahun 1707 VOC memindahkan pusat kekuasaannya dari benteng di Jepara ke Semarang. Sebagai alasan utamanya adalah pengendapan lumpur di perairan pelabuhan yang sudah sedemikian rupa sudah sejak tahun 1700 kapal-kapal VOC yang besar tidak dapat merapat sampai ke pantai Jepara. Sejak itu pula Semarang semakin berkembang sebagai kota pelabuhan yang terbesar di Jawa Tengah sampai berakhirnya pemerintahan kolonial Belanda. (M. Mujibur Rohman)


No comments:

Post a Comment