SEJARAH SEMARANG SEBAGAI KOTA PELABUHAN
Salah satu kota
pelabuhan yang cukup terkenal adalah Semarang .
Ditinjau dari sudut morfologinya, letak geografis kota Semarang dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu kota atas atau daerah Bukit Candi yang biasa disebut
dengan istilah kota atas (bovenstad)
dan daerah rendah atau daerah alluvial disebut kota bawah (benedenstad). Diperkirakan daratan alluvial itu secara alami selalu
makin bertambah antara 8-12 M pada setiap tahunnya. Pertambahan itu terutama
sebagai pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Kaligarang atau Sungai Semarang yang pada jaman kolonial
Belanda tampak melewati dan membelah kota
Semarang .
Berdasarkan asumsi di
atas, maka dapat diperkirakan bahwa pada sekitar abad ke-10 pantai laut
Semarang terletak di sepanjang kaki bukit Candi, sedangkan dataran alluvial
yang akhirnya membentuk kota Semarang bawah, pada masa itu masih merupakan
delta dan beting-peting pantai yang terletak bersebelahan antara muara sungai
Semarang. Oleh karena itu yang dinamakan Semarang pada abad ke-8 sampai 10
masih merupakan dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian antara
25 m sampai 250 m, dan terkenal dengan nama bukit Candi.
Mengenai informasi
keberandaan pelabuhan Semarang ternyata sudah diketahui sejak jaman Hindu,
bahkan pada masa itu sudah merupakan Bandar utama dari Kerajaan Mataram kuno
(732-824) dengan pusat pemerintahannya di Medang Jawa Tengah. Hanya saja
pelabuhan Semarang
pada waktu itu masih berlokasi pada kaki bukit Candi, karena kota Semarang
bawah pada masa itu masih merupakan bagian dari laut Jawa atau Teluk yang
menjorok ke daratan sampai pada ke suatu tempat yang sekarang dikenal dengan
nama Bergota. Oleh karena itulah pelabuhan Semarang pada waktu itu tidak lain adalah
pelabuhan Bergota. Bagi Mataram Kuno, pelabuhan Bergota sangat penting artinya
bagi pengembangan ekonomi kerajaan, sehingga Mataram kuno pada waktu itu bisa
berkembang menjadi kerajaan Hindu terbesar di Jawa. Bahkan kemunduran kerajaan itu
juga disebabkan oleh tidak berfungsinya pelabuhan Bergota, oleh karena
pengendapan lumpur yang semakin mendangkalkan perairan pelabuhan, terutama yang
dibawa oleh aliran sungai terbesar pada waktu itu yaitu Kaligarang.
Semarang sebagai suatu
daerah yang memiliki pemerintahan, hal itu baru diketahui terjadi pada tahun
1575, yaitu ketika Kyai Pandang Arang diangkat sebagai bupati Semarang oleh
Sultan Demak. Dengan demikian kota
pelabuhan Semarang
merupakan daerah kekuasaan Demak. Akan tetapi pada periode itu pelabuhan
Semarang letaknya sudah bergeser lebih ke bawah. Sesudah itu Semarang berada di bawah kekuasaan Mataram
Islam yang berlokasi di pedalaman. Di bawah pemerintahan Panembahan Senopati
(1554-1599) daerah Semarang
dan kota-kota pesisiran Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan Mataram Islam.
Pada masa Sunan Amangkurat I (1645-1677) terjadi pemberontakan yang dilakukan
oleh aliansi antara Trunajaya dan Raden Kajoran. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan dengan bantuan kompeni. Atas bantuannya kompeni memperoleh
kompensasi berupa diijinkan mendirikan loji (kantor dagang) di Semarang . Sejak itu pulalah pelabuhan Semarang pada muara kali Semarang mulai berkembang
menjadi pusat ekonomi atau perdagangan dan pelayaran orang-orang Belanda, yang
kemudian juga diikuti oleh orang-orang Cina, pribumi dan lainnya.
Sejak tahun 1697,
pelabuhan Semarang pada dasarnya sudah menggantikan kedudukan Jepara yang tidak
mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pelabuhan ekspor produk-produk
pertanian khususnya beras. Hal itu terjadi pada tahun 1697 bersamaan dengan
dipindahkannya pusat kekuasaan VOC di Jawa yang semula berkedudukan di Jepara
ke Semarang .
Sejak itu pula maka Semarang
menjadi salah satu kekuasaan VOC di Jawa di samping Batavia dan Jepara. Bahkan pada tahun 1707
VOC memindahkan pusat kekuasaannya dari benteng di Jepara ke Semarang . Sebagai alasan utamanya adalah
pengendapan lumpur di perairan pelabuhan yang sudah sedemikian rupa sudah sejak
tahun 1700 kapal-kapal VOC yang besar tidak dapat merapat sampai ke pantai
Jepara. Sejak itu pula Semarang
semakin berkembang sebagai kota
pelabuhan yang terbesar di Jawa Tengah sampai berakhirnya pemerintahan kolonial
Belanda. (M. Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment