Museum
Sangiran sebagai Mitra Belajar Sekolah : Sinergi Pendidikan Formal dan Informal*
Di
seluruh dunia, bidang pendidikan memang merupakan tugas utama bagi sekolah.
Namun dengan diperluasnya konsep pendidikan, maka peran institusi informal
untuk ikut menyebarluaskan pengetahuan pada abad ke 21 juga mendapat perhatian
(Hooper-Greenhill, 1996: 140). Oleh karena itu, museum sebagai institusi yang
melakukan preservasi, penelitian dan komunikasi mempunyai peran penting di
dalam pendidikan. Museum dipandang sebagai salah satu tipe institusi di antara
beberapa institusi yang dapat memberikan pendidikan secara massal (Hein, 1998:
4). Oleh karena itu, pendidikan menjadi peran utama bagi museum.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (7)
menyebutkan bahwa sistem pendidikan nasional mengatur jalur pendidikan sebagai
wahana yang dapat dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam
suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian
jelas bahwa yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang
dipergunakan dalam proses pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13
ayat (1) dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling memperkaya dan melengkapi.
Pada
tulisan ini yang akan dibahas terbatas pada pendidikan formal dan pendidikan
informal. Pendidikan informal akan membahas tentang institusi museum. Namun
ketika pembahasan museum dikaitkan sebagai pendukung pendidikan formal, maka
pembahasan tentang pendidikan formal dibutuhkan untuk mendapatkan sinkronisasi
pembelajaran yang diajarkan di sekolah dan yang dapat dipelajari di museum.
School goes to Museum
Tuntutan kompetensi
seorang guru sangat diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan. Hal ini disebabkan guru merupakan
sumber pengetahuan bagi anak didiknya secara langsung di sekolah. Namun,
seorang guru juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan disiplin ilmu. Oleh
karena itu, sumber pengetahuan diharapkan tidak hanya terpusat pada guru, namun juga
bisa diperoleh melalui sumber lainnya, seperti buku, internet, perpustakaan, lingkungan sekitar, informasi di museum
dan lain-lain. Beberapa museum saat ini telah menyediakan berbagai koleksi
sesuai disiplin ilmu dan sangat potensial dalam upaya pengembangan pendidikan. Salah satunya adalah Museum Manusia Purba Sangiran.
Signifikansi Museum Sangiran bagi pendidikan formal (sekolah) adalah
karena pengetahuan tentang masa prasejarah, khususnya fosil dan manusia purba, terdapat
dalam mata pelajaran IPS SD, SMP dan
SMA. Atas dasar hal ini, maka Museum Sangiran sebagai representasi peninggalan manusia,
budaya, dan lingkungan purba paling potensial di Indonesia dapat menjadi wahana
belajar yang unik dan berbeda bagi siswa. Koleksi Museum Sangiran dapat menjadi
media pembelajaran yang menyentuh langsung pancaindra dan pengalaman siswa. Di
Museum Sangiran, siswa dapat mengamati secara langsung apa yang diajarkan
maupun yang tertulis di buku pelajaran sekolah. Dengan
penyajian informasi yang bersifat komunikasi dua arah antara siswa dengan informasi
benda koleksi, diharapkan siswa akan bisa memperoleh dan memahami informasi yang disajikan
secara jelas, khususnya terkait ilmu pengetahuan dan sejarah.
Museum Sangiran menyajikan koleksi yang berkaitan dengan sejarah alam
dan budaya manusia masa lampau. Sebagai institusi
pendidikan, Museum Sangiran dapat menjadi agen yang membantu masyarakat menjadi
lebih baik dan
berpengetahuan. Tata pamer Museum Sangiran dapat berfungsi
mendukung berbagai program yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
misalnya yang berkaitan dengan sejarah dan ilmu pengetahuan, perlunya menjaga
lingkungan hidup, pembelajaran
tentang organisasi sosial atau tentang
pemanfaatan teknologi untuk
kesejahteraan masyarakat. Eksibisi yang dapat
menumbuhkan kesadaran seperti itu dapat menjadikan museum sebagai tempat
belajar dan pencerahan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. (M. Mujibur Rohman)
No comments:
Post a Comment