Lingkungan yang asri dengan pohon kelapa yang berjajar rapi, itulah yang
turut menyambut kedatangan tim BPSMP Sangiran ketika datang ke Museum
Prasejarah Calio untuk melakukan kegiatan pengumpulan data pengembangan
pemanfaatan Museum. Museum prasejarah Calio terletak di Kelurahan Ujung,
Kecamatan Lilirilau, dan berjarak ± 15 Km dari Watansoppeng, ibu kota Kabupaten
Soppeng. Museum ini berdiri atas prakarsa Anwar Akib, seseorang yang ikut dalam
hampir semua penelitian geologi, paleontologi, dan arkeologi yang dilakukan di
Depresi Walanae sampai sekarang, termasuk penelitian tahapan awal yang
dilakukan oleh van Heekeren. Pemilihan Calio sebagai lokasi berdirinya museum
karena salah satu titik sebaran temuan yang cukup penting ada di daerah Calio
(Berru).
Pada awalnya Museum Calio
hanya pondok penyimpanan fosil yang berisi temuan fosil dan artefak Walanae yang
dibangun pada tahun 1986. Sebelum berdiri pondok fosil, temuan fosil dan
artefak tersimpan di rumah pribadi Anwar Akib sehingga ketika fosil dan artefak
terkumpul cukup banyak memerlukan ruang/tempat tersendiri untuk menyimpan
koleksi ini.
Gambar 1. Bangunan dan lokasi
Museum Calio sekarang
(Dok. BPSMP Sangiran)
Berdasarkan keterangan Anwar Akib,
Pondok fosil Calio ini berpindah tempat sejak tahun 1990 ke bangunan yang lebih
besar. Pendirian bangunan yang sekarang menjadi Museum Calio ini atas bantuan
G.J. Barstra dan R.P. Soejono yang juga melakukan penelitian di kawasan
Cabbenge, Walanae.
Gambar 2. Koleksi Museum Calio
(Dok. BPSMP Sangiran)
Museum Calio hanya terdiri
dari satu ruang pamer (display) yang berukuran ± 7x7 m. Ukuran ruang yang cukup
kecil bagi sebuah museum ini menjadikan Museum Calio hanya berisi sedikit
koleksi. Koleksi Museum Calio terdiri
dari fosil binatang purba temuan dari Walanae, artefak alat batu, peta geologi
lembah walanae, papan dokumentasi kegiatan dan papan informasi mengenai data
arkeologi, data paleontologi, manusia purba, dan evolusi gajah yang tergantung
di dinding ruang pamer. (BPSMP Sangiran).
No comments:
Post a Comment