History

History
"History Make Me Happy"

Wednesday 17 August 2016

KIAI DAN PESANTREN

Kiai (atau Kyai) di dalam pesantren merupakan salah satu dari lima elemen utama pesantren, selain masjid, santri, pondok, dan kitab kuning. Keduanya memiliki korelasi dan interdepedensi yang sangat kuat. Dapat dikatakan kebesaran seorang kiai turut menentukan dinamika sebuah pesantren. Penelitian-penelitian tentang pesantren selama ini memperlihatkan fenomena semacam ini (Dhofier,1994; Mastuhu, 1994; Romas, 2004). Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu.
     Abdurrahman Wahid dalam Faiqoh (2003:144) menyatakan istilah pondok berasal dari bahasa Arab al-funduq yang berarti tempat tinggal sederhana yang digunakan kaum sufi untuk bermeditasi (khalwat). Manfred Ziemek dalam Sisdiyanto (2006:34) menyebutkan kata pesantren berasal dari kata santri, kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi kata pe-santri-an, kemudian berubah menjadi pesantren yang berarti tempat santri. Kata santri sendiri berasal dari kata shastra(i) dari bahasa Tamil (India) yang berarti ahli buku suci. Lembaga pendidikan pesantren memiliki tujuan untuk  memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pada moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Mastuhu, 1994:39-40).
     Kenyataan menunjukkan peranan kiai sangat vital dalam suatu pesantren. Seperti halnya istilah pesantren, istilah kiai juga memiliki banyak tafsiran dan pendapat. Akan tetapi, secara umum orang Jawa menggunakan istilah itu sebagai gelar kehormatan yang diberikan kepada tiga hal. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi seorang ahli agama Islam atau ulama yang mengasuh pengajaran dan pendidikan di pesantren. Kedua, gelar atau sebutan terhadap benda-benda atau binatang yang dianggap keramat arau sakral, seperti benda-benada pusaka keraton dan binatang-binatang mistis-legendaris. Ketiga, gelar atau sebutan yang diberikan kepada orang-orang tua yang patut dihormati atau mereka yang berkedudukan sosial terkemuka (Musyarof, 2006:66).
     Pada dasarnya istilah kiai di Jawa sama maknanya dengan istilah ulama di daerah melayu atau dunia Islam umumnya. Dalam sumber historiografi Jawa, baik dalam bentuk babad maupun serat istilah ”kiai”, ”santri” dan ”ulama” atau ”ngulama” telah lama dikenal. Sumber tersebut banyak memberikan gambaran tentang bagaimana orang Jawa membeikan penghargaan dan penghormatan tinggi kepada raja, guru, termasuk kiai, di samping kepada orang tua atau orang yang dipandang tua (Musyarof, 2006:67). Ada pertanda bahwa pandangan ini merupakan kecenderungan yang berlaku dalam kebudayaan Indonesia. Demikian pula kepercayaan tentang adanya kelebihan (karomah) dan kemampuan memberikan barokah dari Allah SWT kepada umatnya yang dimiliki oleh para kiai atau ulama yang banyak dijumpai dalam sumber-seumber lokal sejarah Jawa. Tidak mengherankan apabila orang Jawa menempatkan kiai sebagai golongan pemimpin yang kharismatik, seperti halnya ulama dan ustad di lingkungan masyarakat Islam lainnya. (M. Mujibur Rohman)


1 comment:

  1. Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 11 September 2019 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!

    ReplyDelete